(30)

48 1 0
                                    

Diana

"Good morning sunshine" Bisikan suara ditelingaku membangunkanku. Aku mengerjap, mengusap pelan mataku yang terasa lengket. Aku lupa jam berapa aku kembali semalam dan langsung tertidur setelahnya.

Aku melirik kesampingku, tangan yang melingkar ditubuhku ini sangat kekar dan berurat. Ini bukan tangan Carly!
Sontak aku terlonjak dan menegakkan tubuhku, memperhatikan wajah yang sengaja ditutup selimut itu.

Namun didetik berikutnya, cengiran di wajah orang itu membuatku memukul lengannya, "Nathan! kenapa kau disini!"

Nathan tertawa, dia menunjukkan ku jam dinding diatas pintu, "Sudah jam sebelas siang, tuan putri,  Semua orang sudah berkumpul diruang tengah dan kau sendiri yang masih terjebak dikamar ini" katanya membuat mataku membulat.
Ah, Sial! ini gara-gara Nathan semalam yang mengajakku begadang. "Bersihkan wajahmu," kata Nathan menjauh dari ranjang. "Air liurmu kering di pipimu" lanjutnya membuatku melempar bantal itu kearahnya.

"Go away!" teriakku yang dibalas tawa. "Mandilah, Anna.. tapi jika kau mau, aku bisa memandikanmu"
Lagi, aku melempar satu-satunya bantal yang tersisa dikasur ini. Nathan akhirnya pergi meninggalkanku dengan kekehan dimulutnya.

Lagipula, dimana Carly? bisa-bisanya wanita itu tidak membangunkanku.

Setelah beberapa saat bersiap-siap dan mandi, aku akhirnya menuju ruang tengah yang dikatakan Nathan. Disana semuanya sudah berjejer duduk dilantai. Sekilas aku melihat sebelah Nathan dan sebelah Arthur kosong.
Arthur melirikku, memberikan senyuman yang manis dan mengarahkan tangannya kesebelahnya, aku mengerti bahwa itu adalah isyarat darinya agar aku duduk disampingnya. Tak kalah pula dengan Nathan, "Here" bisiknya tanpa suara membuatku mendadak dihantui kebimbangan. Tanpa berpikir panjang, aku akhirnya memilih duduk di sebelah Jessica yang tak jauh dari Ben.

Nathan memutar jengah bola matanya, menatapku datar. Aku hanya mengedikkan bahu, tidak peduli. Daripada menyakiti salah satunya, lebih baik tidak sama sekali.

•••

Setelah berhari-hari berlibur di villa milik Jack, kami akhirnya kembali ke Oxford. Perjalanan pulang kami dipenuhi dengan cerita, tawa, dan kenangan yang tak terlupakan.

"Mereka pacaran?!" pekikku tak percaya kepada Carly.
Aku masih menaiki mobil Carly dan Edward. Sebenarnya Nathan sudah memaksaku agar pulang bersamanya namun aku menolaknya, bagaimana bisa aku mengabaikan wajah kecewa Arthur yang bahkan tidak berani mengajakku bersama hanya karena Nathan melakukannya lebih dulu?

"Iya, kemarin mereka tidur bersama setelah mabuk semalaman" jawab Carly.

"Ohh ayolah, itu kecelakaan" sahut Edward yang fokus menyetir.

"Bagaimana mungkin itu kecelakaan? mereka pasti merasakannya saat melakukan hal itu"

"Terus bagaimana dengan Jack? apakah Jessica sudah tidak menyukainya?" tanyaku.

Iya, Ben dan Jessica akhirnya resmi menjadi sepasang kekasih setelah tidur bersama di Villa itu. Sepertinya Jessica mulai melupakan Jack dan lebih fokus kepada Ben. Itu lebih baik menurutku karena untuk apa menunggu orang yang mencintai orang lain? Sungguh, itu hanya membuang-buang waktu.

"Aku berharap semoga Jane tidak patah hati dan membuka hatinya untuk Jack" Ucap Carly penuh harap, "Semoga Jess dan Jane tidak bertengkar karena hal ini"

"Mereka tidak mungkin bertengkar" Edward menyahut, "Mereka selalu saling mendukung sejak dulu" lanjutnya.

"Iya, semoga" kataku akhirnya.

Setelah beberapa jam perjalanan, kami akhirnya sampai di Oxford, kami semua berpisah di persimpangan jalan yang memisahkan tujuan kami, Arthur mengucapkan selamat tinggal dengan menekan klakson mobilnya saat akan berbelok arah, "kayak di Indonesia aja" gumamku menggelengkan kepala.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 01, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

TRAPPED IN THE PASTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang