(13)

21 2 0
                                    

Amara Diana Kim

Waktu sudah menunjukan pukul dua belas malam dan tidak ada tanda-tanda Carly akan beranjak dari tempat ini. Kami masih di bar tadi, meneguk beberapa gelas wiski lagi membuat kepalaku semakin pening. Entah setan apa yang merasukiku, setelah sedikit berdebat dengan Nathan beberapa jam lalu membuatku harus meredam panas di dadaku dengan alkohol ini.

Apa yang dia katakan? aku tidak cemburu tapi terbakar? Aku bahkan masih mengingat wajah angkuhnya saat berjalan meninggalkanku tadi. Pria itu sudah pergi satu jam yang lalu bersama Kelly, mungkin saat ini mereka sedang dalam sebuah kamar hotel dan bercinta. Dia bahkan sama sekali tidak menoleh kearahku saat keluar dari pintu bar. Tangan Kelly yang bergelantungan di lehernya membuatku mual melihatnya. Kenapa dia terlihat baik-baik saja? Padahal dia berkata bahwa dia menginginkanku.

"Apakah mereka pacaran?" Tanyaku tiba-tiba kepada Ben yang terlihat masih sadar di sebelahku. Pria itu tidak mabuk
"Uh?" Sepertinya dia bingung.

"Dua orang yang pergi tadi, apakah mereka pacaran?"
Ben mengangguk, "Sepertinya kali ini begitu, Kau mengenal Nathan?" Tanyanya.

"Kali ini? apa maksudmu?" tanyaku
Ben mengangguk sambil menggoyangkan gelas miliknya, "Iya" katanya, "Umm.. sebelumnya Nathan memang terlihat mempermainkan Kelly, tapi kali ini sepertinya dia serius menjalin hubungannya"

"Tunggu, jadi mereka benar-benar pacaran?" Aku memastikan lagi. Ben mengedikkan bahu, lalu meneguk minumannya kembali.

Aku mengambil gelas wiski yang masih sisa setengah di depanku, meneguknya dengan kasar.
"Kau kenapa? memangnya sebelumnya kau mengenal Nathan?" dia bertanya lagi,

Aku mengangguk, menghapus bekas alkohol yang menempel di sudut bibirku dengan lenganku.

"Oh, ya. Dia satu departemen kita" Kata Ben mengakui.

Aku takut emosiku tertangkap oleh mata Ben saat membicarakan Nathan. Aku ingin percakapanku dengannya tentang Nathan bergulir biasa saja, seolah ini hanya sebuah obrolan ringan.
"Walaupun kami satu departemen, aku baru satu kali berada di kelas yang sama dengannya. Dan baru bertemu tiga— um, empat atau lima kali?" Aku sedikit ragu.
"Apakah dia baik?" tanyaku kini

"Apakah dia pernah berbuat jahat kepadamu?"

Aku menggeleng, "Tidak, tapi dia pernah menciumku seperti dia mencium Kelly tadi"
Kalimat itu baru saja lolos dari mulutku tanpa bisa ditahan, anehnya aku tidak merasa malu dan takut di ketahui orang lain, apakah keberanian ini timbul karena pengaruh alkohol yang masih menguasai diriku?

Ben terlihat tersentak, begitupun Carly yang sudah mendengar percakapan kami sejak tadi.
"K-kau pernah di cium olehnya?"
Ternyata yang tersentak bukan hanya Ben dan Carly.
Jack, Edward juga menatapku penuh tanya seolah berkata Bagaimana Bisa?!

Aku mengibaskan tanganku di depan wajah, "Hey, ciuman bukanlah suatu yang besar!" kataku sedikit terkekeh berusaha menutupi kegugupanku. Terkutuklah aku malam ini, seharusnya aku tidak mengatakannya.

"Apakah dia yang menciummu?" Kini Edward yang bersuara,
Ah ayolah, aku ingin tidak ingin membahasnya lebih jauh. Namun aku mengangguk, menjawab pertanyaannya.

"Sebaiknya menjauh darinya" Kata Edward dingin, Carly meliriknya lalu mengusap lengan kekasihnya.

Aku merasa mereka semua merahasiakan sesuatu kepadaku, tapi apa? mereka semua menyuruhku untuk menjauhi Nathan tapi membiarkan Kelly dekat dengannya?

"Memangnya apa yang salah?" Tanyaku

Mereka semua diam, tidak menjawabku.
"Ayo kita pulang, kau sudah mabuk"
"Tidak, Carly. Aku masih ingin disini! Aku tidak mau pulang" Aku menjulurkan tangan ke arah Ben, "Tolong aku Ben aku tidak ingin pulang sebelum kalian menjawab pertanyaanku"

TRAPPED IN THE PASTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang