Diana
Waktu sudah menunjukan pukul sepuluh malam, dan kami semua merencanakan untuk mengadakan pesta barbekyu di halaman villa. Suasana yang ceria dan hangat menyelimuti kami, dan aku merasa senang melihat teman-temanku berkumpul bersama. Pemandangan ini sangat kontras dengan aku yang dulu. Selalu mendekam dikamar asrama dengan kopi hangat dan sebuah novel di tanganku.
"Ternyata dagingnya habis, orang tuaku hanya menyisakan beberapa sayur saja di kulkas. Siapa yang mau pergi membeli daging?" Jack bersuara, mengitari pandangannya kepada kami semua.
Semuanta saling melirik, terlihat enggan keluar dari villa dan saling mengharapkan. Aku menipiskan bibirku, mengangkat tanganku "Aku saja, aku bisa pergi membeli daging"
Tapi tak disangka, Arthur juga mengangkat tangannya. "Aku akan menemani Amara" katanya membuat semua orang menoleh kearahnya.Nathan yang duduk di sebelahku terlihat cemburu. Dia buru-buru berdiri membuat semua pasang mata melihat kearahnya "Aku saja yang menemani Diana" katanya mengajukan diri.
Tidak, ini tidak bisa. Mereka terlalu jelas sehingga membuat semua orang diruangan ini bingung melihatnya. Aku takut mereka beranggapan bahwa aku adalah pick me girl yang haus perhatian para pria.
"Aku saja yang menemani Amara" Arthur tak mau kalah, "Aku yang pertama mengangkat tangan" lanjutnya.
"Tidak, aku saja. Aku sudah terbiasa dengan lingkungan di sekitar sini, kau baru pertama kali kesini kan?" sinis Nathan mengeluarkan suaranya, sedalam apapun dia menekan ketidak sukaannya kepada Arthur, itu tetap terlihat jelas diwajahnya.
"Jangan seperti orang primitif, dude. Kita bisa melihat g.maps" Arthur terkekeh meremehkan.
Kami semua hanya terpaku melihat perdebatan Arthur dan Nathan yang berhadapan di meja ruang tengah.
"Tidak, aku saja yang menemani Diana" lagi, Nathan tidak mau kalah.
"Aku"
"Aku saja"
"Aku yang pertama mengatakan akan pergi" Arthur sedikit menaikkan volume suaranya, sepertinya emosinya mulai tersulut.
"Kalau aku bilang aku, ya aku"
Aku bisa merasakan getaran ketegangan di udara. Mungkin Nathan merasa cemburu melihatku bersama Arthur. Dan Arthur juga merasakan begitu.
"Sudah" Jack menengahi. Dia berdiri, sepertinya lelah dengan debat kusir yang dilakukan Nathan dan Arthur.
"Kalian berdua saja yang pergi" katanya. "Biarkan Diana diam di villa"
Nathan melirikku, begitupun juga Arthur. Ucapan Jack sedikit menggelitik dan hampir membuatku terkekeh. "Iya, kalian saja yang pergi" kataku akhirnya membuat Nathan mendengus sebal kepadaku. Arthur melirik Nathan dengan wajah datarnya, tertulis jelas diwajahnya bahwa dia menahan segala umpatan untuk Nathan.
Well, menyatukan mereka memang ide buruk tapi boleh dicoba!Kami semua akhirnya setuju untuk membiarkan Nathan dan Arthur pergi ke toko bersama-sama.
"Semoga mereka akur" bisik Carly ditelingaku.Ketika bersiap-siap untuk pergi, Nathan menghampiri aku.
"Diana, apakah kau yakin tentang ini?" tanyanya dengan nada khawatir.
Aku tersenyum padanya, mencoba meredakan perasaannya. "Tentu saja, Nathan. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Ini hanya pergi membeli daging, tidak lebih."
"Tapi aku ingin pergi bersamamu!"
"Cobalah bersama Arthur, dia lebih menyenangkan dariku"
"Anna....."
KAMU SEDANG MEMBACA
TRAPPED IN THE PAST
RomanceWARNING ADULT STORY 17+ HARAP BIJAK DALAM MEMBACA Keberadaannya di UK merupakan salah satu hal yang Amara Diana Kim impikan sejak dulu. Wanita 23 tahun itu mengutip kata-kata "Jika tidak bisa melupakan seseorang, maka pergilah dari tempat dimana ken...