(17)

22 2 1
                                    

Amara Diana Kim

Jika bisa di utarakan, aku ingin mengatakan bahwa waktu ini sudah ku tunggu sejak lima tahun yang lalu. Sejak Arthur pergi meninggalkanku tanpa closure. Aku selalu bertanya-tanya, apa yang menyebabkan namanya masih tersimpan rapi di hatiku, bahkan setelah dia pergi begitu saja tanpa kabar apapapun atau mencariku.

Namun belakangan ini, semenjak kehadiran Nathan, aku menjadi sedikit berpikir bahwa tidak ada kabar adalah sebuah kabar. Yaa, kabar bahwa tidak ada kabar.  Aku sering mengabaikan pesan-pesan yang dikirim Nathan, aku sengaja tidak ingin membalasnya karena itu yang ingin aku sampaikan. Tidak ada kabar tersebut adalah sebuah kabar dariku.

Lima tahun terakhir, aku hanya mengharapkan sesuatu yang semu. Arthur memang sudah pergi sejak saat itu, sejak dia memutuskan untuk tidak memberikanku kabar. Namun aku selalu mengharapkannya dalam diamku, menunggu waktu kapan akan bisa bertemu dengannya lagi untuk meluruskan perasaan yang belum selesai menurutku.

Hingga akhirnya hari itu tiba. Hari dimana dia menemuiku lagi, memintaku untuk berbicara dengannya.

Mobilnya sudah sampai didepan asramaku. Aku bergegas berjalan kearahnya memberikan senyuman canggung terbaikku sebelum akhirnya dia membukakanku pintu untuk memasuki mobilnya. Hanya terjadi beberapa percakapan singkat saat perjalanan menuju cafe yang sudah dia rencanakan sebelumnya. Arthur bercerita bahwa saat ini dia sedang bekerja disalah satu bank di Oxford, menjadi bagian dalam tim IT.

Pria ini selalu menakjubkan dan tidak pernah berhenti membuatku kagum atas pencapaiannya. Aku hanya termenung mendengarkan beberapa ceritanya yang sudah hampir dua tahun berada di tempat ini.

"Kamu terlihat berbeda dengan warna rambut itu" kata Arthur mengomentari penampilanku yang saat ini sedang duduk didepanku. Kami sudah sampai di sebuah cafe yang berjarak dua puluh menit dari asramaku. Senyumnya masih sama seperti dulu. Suasana cafe tidak terlalu ramai, hanya ada beberapa orang yang duduk dan berlalu lalang memesan kopi. "Iya, aku menyukai warnanya karena idolaku menggunakan warna ini" kataku kepadanya sambil menyeruput Latte pesananku beberapa waktu yang lalu. Arthur tahu aku menyukai beberapa aktris dan aktor korea sehingga pernyataan itu tidak menimbulkan pertanyaan darinya.

"Bagaimana kehidupanmu sekarang? aku tidak menyangka akan bertemu denganmu ditempat ini."

Aku menatapnya lurus, sambil sesekali tersenyum simpul. Dulu, percakapan kami akan sangat lancar dan tidak perlu memikirkan topik yang akan dibicarakan. Namun hari ini, kami sangat hati-hati memilih topik obrolan kami.

"Aku juga" kataku, "Aku tidak pernah berpikir bahwa akan menemuimu ditempat ini. Sangat jauh dari Indonesia, bukan?" aku sedikit tertawa

"Waktu masih satu negara, kamu tidak pernah menemuiku" lanjutku yang membuat dia menipiskan bibirnya.

"Aku tidak bermaksud seperti itu, Ra"

"Lalu?"

"Aku.... aku hanya tidak ingin menyakitimu lebih jauh waktu itu."

Aku menyipitkan mataku, menebak kalimat apa yang selanjutnya akan dilontarkan pria ini. Namun setelah beberapa saat, tidak ada tambahan kalimat yang membuat dahiku mengernyit. "Lalu kamu pikir, dengan pergi begitu saja, itu tidak menyakitiku?"

"Aku tahu, Ra, tapi itu lebih baik daripada aku harus terus menyakitimu setiap hari"

"Ketiadaanmu adalah rasa sakit itu sendiri, Arthur. seharusnya kamu tahu itu"

"Tapi sekarang kamu baik-baik saja, kan?"

Dadaku terasa terhimpit saat mendengar penyataannya. Ingin sekali aku memberitahunya berapa banyak malam-malam yang aku lewati dengan menangisinya, berapa banyak aku mencium aromanya secara random di tempat umum lalu menangis begitu saja, dan seberapa banyak aku melamun hanya untuk mengenangnya dan merasakan kehadirannya. Aku selalu mengenangnya melalui lagu, aroma dan tempat-tempat yang pernah aku lewati dengannya. Aku bahkan hampir gila, aku sudah frustasi sejak saat itu. Aku rela membuang diriku ke negeri orang dengan dalih melanjutkan pendidikan tapi ujung-ujungnya malah bertemu dengan manusia yang ingin aku lupakan. Apakah semesta sedang bercanda kepadaku?

TRAPPED IN THE PASTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang