(27)

15 2 0
                                    


Diana

Ketika aku tiba di kafe, aku melihat Nathan sudah duduk di meja kami. Wajahnya tampak tegang, mungkin karena dia merasa ada yang salah. Dia menatapku intens, memberikan ketegangan juga padaku. Tidak biasanya kami seperti ini. Nathan selalu penuh kehangatan sebelumnya saat bersamaku namun sekarang aku mulai menyadari bahwa dia semakin menghindariku. Aku ingin membicarakannya, tetapi aku merasa diriku terjebak dalam keadaan yang sulit.

Aku duduk di hadapannya, dan dia mencoba memulai percakapan. Suaranya terdengar begitu lembut, tetapi juga begitu bingung. Aku tahu bahwa kita harus mengatasi masalah ini, tetapi aku merasa kesulitan untuk memulainya.

Dia menjelaskan perasaannya, dan aku mencoba mendengarkannya dengan seksama. Aku ingin tahu apa yang ada dalam pikirannya, tetapi juga tidak ingin terlalu mendesak. Aku ingin dia merasa nyaman untuk berbicara.

Namun, saat aku mencoba untuk menjelaskan perasaanku, memberitahunya betapa aku tidak nyaman dengan hubungan tanpa ikatan ini. Kata-kataku tampaknya terjebak di tenggorokanku. Aku merasa terdiam, dan ketidakpastian semakin memenuhi hatiku. Aku sudah memberikan kejelasan pada Nathan, tetapi dia sama sekali tidak memberikan kejelasan padaku. Dia terlalu abu-abu seperti yang Arthur katakan. Aku bahkan tidak sadar karena emosiku yang tersulut membuatku mengatakan kepadanya bahwa aku ingin menghentikan hubungan ini.

Kafe yang tadi ramai dan hangat, kini terasa sepi dan dingin. Kami duduk di sana, hati kami terasa berat, dan aku merasa bahwa kita harus menemukan jalan keluar dari kebingungan ini secepatnya. Sementara aku masih terikat dengan Arthur, aku juga ingin tahu apa yang ada di dalam hati Nathan.

Ketika aku meninggalkan kafe malam itu, perasaanku semakin rumit. Aku tahu bahwa harus ada kejelasan di antara kita, dan aku berharap bahwa kita bisa menemukan jawaban yang tepat untuk masalah ini. Aku hanya berharap bahwa aku bisa mengatasi perasaanku dan mendengar semua penjelasan Nathan tanpa harus terlalu bimbang.

Setelah meninggalkan kafe, perasaanku semakin rumit. Aku merasa kesal atas ketidakpastian yang terus menggelayuti hubunganku dengan Nathan. Meskipun dia mencoba menjelaskan perasaannya, itu masih tidak memberikan kejelasan yang aku cari.

Aku juga merasa bersalah karena merasakan kenyamanan dengan kehadiran Arthur. Pertemuanku dengan Arthur di museum memberiku rasa nyaman yang tidak bisa aku pungkiri. Dan itu adalah perasaan yang semakin membuat hatiku terbelah.

Ketika aku berjalan pulang, aku merenungkan semua yang telah terjadi. Aku tahu bahwa aku harus menemukan jawaban atas ketidakpastian ini, dan aku tidak bisa terus-terusan dalam kebingungan. Aku hanya berharap bahwa aku bisa mengatasi perasaanku sendiri dan memahami apa yang sebenarnya aku inginkan.

Aku memasuki asramaku dengan perasaan yang berat, dan aku merasa bahwa masa depan hubunganku dengan Nathan masih sangat tidak memiliki titik temu. Aku tahu bahwa harus ada kejelasan, tapi saat ini, semua masih terasa begitu bingung dan rumit.

"Kau terlihat sedih, matamu sembab" Carly berbicara kepadaku sesaat setelah bokongku menyentuh kasur. Aku meliriknya,
"Carl, aku sangat bingung atas semua ini. Semuanya semakin rumit"

"Kenapa? ceritakan kepadaku"

"Aku habis bertemu Arthur hari ini" ucapanku menggantung diudara, "Dan Nathan" lanjutku yang membuat mata Carly membulat. Dia mendekatiku, menarik kursi belajarku lantas duduk didepanku.

"Bagaimana bisa??" dia sedikit shock mendengarku.

Aku menggeleng, bingung "Semuanya terjadi begitu saja, Carl. Aku tidak tahu harus seperti apa sekarang"

"Lalu bagaimana hasil pertemuan kalian?"

"Arthur mmebuatku nyaman, dia memberikanku kehangatan yang aku rindukan sejak dulu, dan Nathan..." Aku menggigit bibirku,"Nathan terlihat tidak tertarik lagi kepadaku, aku meminta kejelasan hubungan kami namun dia tidak mampu menjelaskannya kepadaku. Aku terlalu emosional saat itu dan memintanya untuk menghentikan hubungan yang tidak jelas ini"

TRAPPED IN THE PASTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang