(19)

23 2 0
                                    

Amara Diana Kim

Akhir-akhir ini terlalu banyak perasaan menyebalkan yang mendadak memenuhi rongga dadaku. Aku tidak tahu semua ini berawal darimana. Namun seperti yang aku sebutkan sebelumnya, ini benar-benar menyebalkan. Sungguh.

Aku belum bisa mengonfirmasi perasaanku kepada Arthur dengan jelas dan lugas. Aku masih meragukan diriku yang berkata bahwa aku sudah tidak menyukainya lagi. Dan untuk hubunganku dengan Nathan saat ini, aku juga masih belum tahu harus di apakan. Semuanya masih abu-abu, semuanya masih belum jelas.
Aku hanya bisa menyimpulkan saat ini, bahwa segala rasa dan hal yang aku lalui terasa abstrak. Tidak ada kepastian dan kejelasan. Semuanya ada di tengah-tengah, perasaan ini terasa ambigu.

"Kau sudah bertemu siapa?" Tanya Carly tiba-tiba dari kasurnya. Alisku terangkat, sedikit tersentak dengan pertanyaan tiba-tiba itu. Aku menutup kembali pintu asrama lalu berdehem membersihkan tenggorokanku.
"Umm, Arthur." jawabku yang membuat mata Carly terbelalak. Dia bangkit dari kasurnya, memegang bahuku sambil berteriak kegirangan.

"HAH??? kau serius?? bagaimana bisaa???!!"

Suaranya memekakan telingaku yang membuat tanganku otomatis terangkat menutup mulutnya,"Tunggu, jangan heboh dulu" selaku.

"Berarti ini tanda darinya?" Dia menunjuk leherku yang membuat kedua alisku hampir menyatu. Aku melihat pantulan leherku dicermin,

"Oh shitt!!" desisku. Nathan sialan.

"Kenapa kau terkejut? seharusnya kau merasakannya" ujarnya masih antusias.

Aku menggeleng, "Bukan, ini bukan perbuatan Arthur"

Carly memegang bahuku, sedikit menggoyangkannya dramatis "Lalu siapaa??!!!"

Aku tidak berani menjawabnya.

"Katakan. Siapa yang melakukan ini kepadamu."

"Sudahlah, Carl. Kau tidak perlu tahu" jawabku berlalu melewatinya lantas merebahkan diri di kasurku. Carly menghampiriku, "Hei, ku kira kau polos" decihnya di sampingku.

"Aku tidak sepolos itu, Carl. Tapi tidak seliar itu juga"

"Lalu ini? kenapa tanda merah ini bisa muncul begitu saja di lehermu? kalau bukan Arthur yang melakukannya, lalu siapa?"

Aku masih diam tidak berani menjawabnya, takut. Karena Carly adalah orang yang paling menentangku bersama Nathan, ya walaupun beberapa kali dia membiarkanku menghabiskan waktu dengan Nathan, tapi itu semua dia lakukan karena permintaan Edward.

"Tunggu." Carly menggantung kalimatnya, "Jangan katakan bahwa yang melakukan ini adalah——"

"Iya, Carl" kataku akhirnya.Aku menyampingkan tubuhku memeluk boneka bear kesayanganku sambil menghadap kearahnya, "Sesuai dengan isi kepalamu. Dia melakukannya" jawabku jujur.
Aku sudah tahu isi kepala Carly, dia pasti akan menebaknya dengan cepat dan benar.

"Kau serius??!! aku akan mematahkan leher pria itu!" tukasnya berdiri lalu mengambil ponselnya dan mengetik sesuatu disana.

"Heii siapa yang kau hubungi??!" tuturku panik seketika saat dia menempelkan ponsel itu ditelinganya.

Carly diam beberapa detik, mengusap salah satu sikunya sambil menunggu panggilannya tersambung.
"Dasar pria brengsek!! Kenapa kau melakukan itu kepada Diana, Ben!! Kau sudah berjanji untuk tidak menciumnya setelah kejadian di pesta itu!!" Teriakan Carly pada ponsel itu membuat mataku membulat sempurna.

"BUKAN BENNETH!!!" Teriakku tak kalah lebih besar darinya. Aku tidak tahu bahwa Carly menebak Ben pelaku yang membuat leherku memiliki kissmark. Buru-buru aku merampas ponsel di telinganya lalu melemparnya keatas kasur.

TRAPPED IN THE PASTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang