Nathan
---
Malam itu, aku merasa gelisah saat mencoba menghubungi Diana. Kami telah merencanakan pertemuan di kafe seperti biasa pada sore hari, tetapi aku menerima pesan singkat darinya yang mengatakan bahwa dia memiliki janji sore itu dan tidak dapat bertemu sampai malam hari. Itu membuat hatiku terasa resah, tapi aku mengerti bahwa terkadang janji lain mungkin lebih penting.
Seiring dengan perasaan tak pasti ini, ponselku berdering, dan ketika aku melihat layar, aku melihat nama "Kelly." Untuk apa dia menghubungiku lagi? wanita itu semakin lama semakin meresahkan.
Aku menjawab panggilan Kelly dengan perasaan cemas.
"Apa?" Kataku tanpa basa-basi."Dasar brengsek! kau meninggalkanku dan memilih jalang itu?" Kelly berteriak disebrang sana. "Apakah kau tidak pernah mencintaiku sama sekali, Nath? aku sudah menyerahkan semuanya kepadamu"
"Dari awal aku sudah mengatakan bahwa aku tidak menyukai komitmen. Kenapa sekarang kau malah kepanasan? padahal kau tahu sendiri sejak awal"
"Nath, kau sangat jahat. Aku tidak rela kau berhubungan dengan Diana. TIDAK AKAN PERNAH!"
Aku menghela nafas dalam, "Terserahmu, aku tidak perlu meminta persetujuanmu atas pilihanku" kataku dan mematikan telepon itu. Namun aku mendengar beberapa umpatannya sebelum telpon itu mati.
Citra burukku yang sering bergonta-ganti pasangan sepertinya tidak menggangguku lagi. Aku hanya menutup telinga atas semua kata-kata kasar yang terlontar darinya. Saat ini, satu-satunya yang ingin kuinginkan adalah bertemu dengan Diana, satu-satunya yang memberiku kehangatan sejati.
Ketika panggilan dengan Kelly berakhir, aku merasa lega dan segera pergi menuju kafe tempat aku akan bertemu dengan Diana. Malam telah tiba, dan suasana kafe menjadi lebih tenang. Diana duduk di salah satu sudut kafe, wajahnya terlihat datar dan tampaknya kurang bersemangat untuk bertemu denganku. Aku bisa merasakan kebingungannya sejak pertama kali melihatnya.
Aku duduk di depan Diana dan mencoba untuk memulai percakapan, "Diana, kenapa kau memasang wajah seperti itu? apakah aku sudah berbuat kesalahan?"
Diana menatapku dengan serius. "Nathan, kita harus bicara tentang hubungan kita."
Hatiku berdebar lebih kencang. Aku tahu bahwa pertanyaan itu akan datang, dan aku harus mencari cara untuk menjawabnya. Aku mencoba untuk memikirkan kata-kata yang tepat, tetapi aku merasa terjebak dalam kebingungan.
Dengan suara lembut, Diana melanjutkan, "Aku butuh kejelasan, Nathan. Apa hubungan kita sebenarnya? Aku tidak ingin hidup dalam ketidakpastian seperti ini."
Aku terdiam sejenak, merenungkan pertanyaannya. Aku merasa nyaman dan aman bersama Diana, dan matanya yang mirip dengan Narra selalu membuatku bernostalgia, kadang-kadang sampai aku menganggap Diana adalah Narra saat aku berada di dekatnya. Tapi bagaimana aku bisa menjelaskan perasaanku? Bagaimana aku bisa memperjelas hubungan kami?
Aku menelan ludah dan mencoba menjawab, "Diana, aku merasa nyaman dan bahagia bersamamu. Aku merasa seperti aku dapat menjadi diriku yang sejati ketika aku berada di dekatmu. Aku ingin melindungimu dan membuatmu bahagia. Tapi aku tidak tahu bagaimana menjelaskan hubungan kita. Aku hanya tahu bahwa aku ingin terus berada di dekatmu."
Diana terlihat ragu, dan aku merasa bahwa jawabanku tidak cukup memuaskannya. Pertanyaan tentang hubungan kami masih menggantung di udara, dan aku tidak tahu apa yang bisa aku lakukan untuk memberikan kejelasan yang dia inginkan. Sementara mata Diana yang mirip dengan Narra terus memandangiku, aku merasa bahwa aku masih terjebak dalam kebingungan yang mendalam.
Diana terlihat marah dan kecewa, wajahnya yang tadi terlihat datar kini berubah menjadi ekspresi yang gelap. Aku merasa ragu dan bingung tentang bagaimana menangani perasaannya yang seolah-olah tersimpan di dalam hatinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
TRAPPED IN THE PAST
RomanceWARNING ADULT STORY 17+ HARAP BIJAK DALAM MEMBACA Keberadaannya di UK merupakan salah satu hal yang Amara Diana Kim impikan sejak dulu. Wanita 23 tahun itu mengutip kata-kata "Jika tidak bisa melupakan seseorang, maka pergilah dari tempat dimana ken...