Dikisahkan seorang wanita yang sudah cukup umur untuk menikah dimana usianya sekarang genap 30 tahun, kata orang tua dulu umur segitu sudah sangat matang untuk membina rumah tangga,
Bahkan sudah melebihi batas usia maksimal untuk ukuran umur di negara antah bernatah ini, seharusnya sudah menikah dan bahkan memiliki anak,
Wanita itu sempat punya keinginan untuk menikah, namun karena keterbatasannya dia akhirnya pasrah saja kepada pemilik semesta tentang cerita hidupnya,
Dulu dia sempat marah kepada pemilik semesta ini, namun sia sia karena ini sudah takdir jalan hidupnya, sampai doa nya berkembang dia menuju pasrah menghadapi alur kehidupannya,
Kini di usianya dia saat ini tak berharap apapun namun satu hal yang dia ingin kan dalam hidupnya, memiliki seseorang yang mampu menemani sisa hidupnya yang mau menceritakan tentang indahnya bahkan fana ya alam semesta,
Wanita ini memang memiliki kekurangan dia tak mampu melihat dengan jelas dimana dia tak bisa melihat keindahan alam semesta ini bagaimana,
Alias buta,
Dia pernah mengalami kecelakaan yang mengakibatkan sampai dirinya tak bisa melihat lagi, makanya dia sempat berdoa marah marah dengan sang pencipta,
Namun lambat laun dia berserah diri, dan akhirnya berdamai dengan kondisinya yang sekarang sudah bertahun tahun tak mampu melihat,
Nama dia Aleta yang berarti sayap katanya, dia wanita dewasa anak perempuan pertama dari 3 bersaudara,
Kini hidup dia diambang kebingungan dengan kondisinya yang tak mampu melihat mengakibatkan masa depan adik adiknya terancam,
Bagaimana tidak adiknya yang dua perempuan juga, yang kedua bernama Alana dia berumur 28 tahun, dan yang ketiga masih muda dia baru menginjakan sekolah SMA yakni berumur 16 tahun dan bernama Alanis,
Kenapa masa depan adik adiknya terancam, itu dikarenakan Aleta belum menikah sementara anak kedua dari keluarga itu sudah meminta izin ingin menikah dan sudah serius dengan kekasihnya,
Tapi keluarganya tak mengijinkan dulu anak keduanya yang menikah sebelum kakaknya yakni Aleta,
Otomatis banyak tekanan dari orang tua serta adiknya yang menyuruhnya untuk menikah, sementara dalam hati kecilnya dia juga ingin menikah tapi apa ada seseorang yang mau menerima kondisi cacat kekurangan nya,
Itu yang dibenak Aleta saat ini, jadi dia sungguh merasa bersalah jadinya padahal dia tidak mengapa dilangkah artinya adiknya menikah lebih dulu,
Tapi budaya tetap budaya tak boleh dilanggar dan disinilah mereka sedang berunding bagaimana langkah selanjutnya,
"Pah mah,, aku mau nikah mas Nino udah serius sama aku ya minimal tunangan dulu biar bisa pengikat gitu, tolong lah" ucap Alana,
"Tidak bisa Lana, kamu harus nunggu kakajmu dulu" ucap papanya
"Pah, mau sampai kapan ??? Kak Lana sampai sekarang tak ada yang serius dengannya, tak ada yang dekat, kalian jangan egois dong bisa jaid perawan tua aku" kesal Alana,
Sungguh hati Aleta sangat tersayat mendwngar ucapan adiknya itu dia tidak marah hanya dia kecewa kepada dirinya sendiri kenapa kekurangannya, kecacatannya membuat adiknya menderita,
Aleta mendengarkan perdebatan antara adiknya juga orang tuanya di sambungan telpon,
Yup benar di sambungan telpon karena Aleta tak tinggal bersama keluarga besarnya di kota, dia lebih baik melipir ke sebuah desa yang asri yang sejuk dan damai,
Dia lebih suka tinggal dengan mendengar suara kicauan burung bukan polusi kota atau suara kanlpot berisik,
Dia tak sendiri, ditemani dengan Om Tante nya yang kebetulan tak di karuniai anak mereka tinggal dikampung mengurus peternakan saja,
KAMU SEDANG MEMBACA
Teman hidup
FanfictionKisah si kembar beda gender dan wanita buta, Lgbt story Cover by @indie_neeh