Entah apa saja yang terjadi pada bayi di Kandungan nya ini, demi apapun Zendaya sudah muak untuk terus peduli.
Wanita itu menatap bayangan nya di depan cermin, perut bulat itu rasanya semakin membesar setiap harinya.
Zendaya melewati pemeriksaan bulanannya, berusaha mengabaikan semua hal yang akan terjadi nanti.
Tapi, kesempatan yang Kalandra minta ... Entah kenapa Zendaya tidak bisa mengabaikan itu.
Rasanya Zendaya ingin ...
Wanita itu menurunkan bajunya yang tadi ia sikap. Tangannya terangkat untuk memijat kepalanya yang semakin sering berdenyut sakit.
Perlahan, Zendaya melangkah menuju pintu. Biasanya Zendaya menunggu Kalandra memanggilnya barulah dia akan keluar.
Setiap harinya Kalandra selalu mengatakan jika dirinya akan pergi keluar, tapi Zendaya melihat semuanya.
Zendaya tau selama ini Kalandra hanya berdiam diri di teras, pemuda itu akan masuk lagi setelah Zendaya kembali ke kamar.
Sebenarnya jenis perasaan apa yang berusaha Kalandra tunjukkan?
...
Memasak hampir menjadi rutinitas setiap hari untuk Kalandra. Pemuda itu mengaduk nasi goreng seraya bersiul pelan.
Pemuda itu langsung menoleh dengan cepat saat mendengar suara pintu terbuka. Matanya sedikit membola terkejut saat Zendaya keluar dari kamar, mata wanita itu menatapnya dengan ragu.
"Aya? Lo ... Butuh sesuatu?" tanya Kalandra berusaha untuk tidak terlalu memperlihatkan kebahagiaan nya.
Zendaya menggeleng pelan, kaki nya melangkah pelan menuju meja makan yang masih kosong.
"Bentar, sarapannya dikit lagi selesai kok," ucap Kalandra lalu kembali mengaduk nasi goreng, ini hampir siap untuk di sajikan.
Sesekali mata pemuda itu melirik kearah Zendaya yang belum sampai di meja makan. Wanita itu mengambil langkah yang sangat kecil.
"Mau di bantu?" tanya Kalandra ragu.
Dagu Zendaya terangkat hanya untuk sekedar menatap Kalandra yang tidak berhenti menatapnya.
Melihat tatapan datar Zendaya membuat Kalandra mengurungkan niatnya. Pemuda itu tersenyum tipis.
"Ya ud-
"Boleh." suara parau itu menjawab dengan penuh ragu.
Mata Kalandra bergetar saat mendengar jawaban Zendaya. Secepat kilat pemuda itu meletakkan spatula di atas wajan lalu berlari kecil menuju sang istri.
"Maaf," ucap Kalandra sebelum menyentuh lengan dan merangkul bahu wanita itu.
Perlahan Kalandra mulai menuntun Zendaya untuk sampai ke meja makan. Di dalam hati Kalandra berharap andai meja makan ini lebih jauh dari posisinya.
Mata Kalandra mulai berkaca-kaca saat berhasil membuat Zendaya duduk di kursi meja makan.
"Ada yang sakit?" tanya Kalandra saat mendengar wanita itu meringis pelan.
"Kaki."
Kalandra tanpa ragu langsung berlutut di hadapan Zendaya. Membawa satu persatu kaki wanita itu ke atas pahanya.
Andai Kalandra tau rasanya akan sebahagia ini, Kalandra akan membiarkan Zendaya mengeluh kepadanya setiap hari.
"Ada lagi yang sakit?" tanya Kalandra dengan suara serak.
Kalandra memijat pergelangan kaki Zendaya yang sedikit membengkak dengan air mata yang sudah mengalir deras. Bahkan tetesan air matanya beberapa kali mengenai punggung kaki Zendaya.
KAMU SEDANG MEMBACA
AMBIVALEN [END]
Teen FictionAmbivalen; perasaan bercabang dua yang bertentangan. Seperti ... Mencintai dan membenci dalam waktu yang bersamaan. Mereka hanya punya satu pilihan, mempertahankan cinta atau kebencian. Karena nyatanya hanya satu perasaan yang akan menang, dan se...