|| 56 | Harusnya Sejak Awal Memang Tak Pernah Ada 'Kita'

1.5K 45 4
                                    

Alura melangkah dengan gembira menuju seorang pemuda yang tengah duduk sendirian di salah satu meja kantin. Gadis itu mempercepat langkahnya saat hampir tiba.

"Hai, Azran," sapa Alura sembari melambaikan tangannya.

Azran mendongak kemudian mengangguk pelan saat melihat siapa yang datang, "Lo dateng lagi?"

Gadis itu duduk di hadapan Azran sembari menyodorkan kotak bekal berwarna merah muda. Setelahnya Alura melipat tangan di atas meja tanpa melunturkan senyumnya.

"Alu mau kasih itu, jadi Alu dateng lagi deh," jawab Alura dengan menunjuk kotak bekal yang di bawanya.

"Ini apa?" tanya Azran sambil mengangkat kotak bekal itu.

"Itu nasi goreng seafood, Alu sendiri yang masak, lho! Ini pertama kalinya Alu masak, kata Mommy enak tau, jadi Azran harus cobain!" balas Alura dengan semangat menggebu-gebu.

Azran meletakkan kotak bekal itu sembari menghela nafas panjang, pemuda itu menatap kearah Alura yang setia menatapnya.

"Lo ngga capek?"

"Capek kenapa?"

"Tiap hari ke sini bolak-balik cuma buat nemuin gue yang bahkan ngga ngerespon lo dengan baik. Lo ngga capek ngelakuin itu semua?"

"Katanya buat dapetin hati seseorang yang cinta nya udah habis di masalalu itu ngga mudah, jadi kata 'capek' itu ngga boleh ada di kamus kita."

Azran menatap Alura dengan pandangan tak terbaca. Pemuda itu mengalihkan pandangannya seolah kehilangan kata-kata dari bibirnya.

Alura tersenyum tipis, "Kemarin temen-temen Azran cerita, maaf, ya, Alu ngga minta izin dulu sama Azran. Jangan marah sama mereka, ya? Mereka cerita karna Alu yang maksa kok."

Pemuda itu kembali menatap Alura dengan raut wajah datar, "Tentang Kaneisha? Mereka cerita apa?"

Alura mengangguk pelan lalu terlihat berpikir sembari mengetuk dagunya dengan jari telunjuk. Gadis itu kemudian menarik kursinya untuk lebih dekat ke meja.

"Kata Inka sama Radit, Kaneisha itu cewek yang kuat, pemberani dan cewek terhebat karena udah berhasil bikin Azran jatuh cinta. Dia cantik, dia baik ... Kata Inka dia bener-bener sempurna buat Azran," ungkap Alura dengan raut wajah yang sangat ceria. Gadis itu menghela nafas panjang, "setelah denger semuanya, Alu ngga heran kenapa sekarang Azran ngga bisa deketin cewek lain."

Azran menatap Alura dengan tatapan datar, "Terus kenapa lo masih berusaha kaya gini?"

"Karena Alu pikir dari 99% penolakan yang bakal Azran kasih, masih ada 1% peluang buat Alu di terima sama Azran. Lagipula, di masa depan nanti mungkin Azran perlu seseorang buat nemenin Azran, dan Alu ngga akan pernah lepasin kesempatan-kesempatan itu buat orang lain, ngga akan pernah!" jawab Alura sembari menyilangkan kedua tangannya di depan dada.

Azran menghela nafas lelah, "Gimana kalo 1% itu ngga pernah ada?"

Melihat keterdiaman Alura, pemuda itu lantas membuka kotak bekal yang gadis itu bawa kemudian memakannya tanpa mengatakan apapun lagi.

Sementara Alura yang melihat hal itu langsung mengembangkan senyumnya. Gadis itu menopang dagu menatap Azran yang melahap nasi goreng buatannya.

"Gimana? Enak ngga?"

Azran mengangguk, "Enak."

Alura langsung bertepuk tangan, gadis itu lalu berdiri membuat gerakan Azran terhenti.

"Alu mau beliin minum buat Azran."

"Alu."

Alura kembali membalikkan badannya saat Azran memanggil namanya, "Iya?"

AMBIVALEN [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang