|| 53 | Mati Rasa ||

1.5K 53 3
                                    

Kalandra menuangkan susu hangat ke dalam botol susu Keandra dengan perlahan. Karena tidak memiliki kelas hari ini, Kalandra meminta kedua ibunya untuk beristirahat di rumah saja. Padahal alasan sebenarnya adalah Kalandra ingin kembali mencoba melangkah lebih dekat kepada istrinya.

Pemuda itu meletakan botol susu di atas nampan makanan milik Zendaya. Mengangkatnya pelan, Kalandra kemudian melangkah menuju kamar mereka.

"Sarapan datang," ucap Kalandra saat memasuki kamar, bibirnya tersenyum sendu ketika melihat Zendaya yang sibuk dengan ponselnya, mengabaikan rengekan kecil putra mereka.

Memang sejak kejadian malam itu Zendaya kembali mengambil jarak kepada Keandra, wanita itu bahkan tidak mau lagi menyusui bayi mungil itu.

Pemuda itu meletakkan nampan di atas nakas lalu melangkah menuju putranya sembari tersenyum kecil.

"Laper, ya?" tanya Kalandra setelah berhasil menggendong Keandra. Pemuda itu membawa tubuhnya untuk duduk di atas sofa.

Kalandra terkekeh kecil melihat betapa semangatnya bayi kecil itu menyedot susu hangat ini. Matanya sesekali melihat kearah Zendaya yang masih memainkan ponselnya.

"Makan, Ay, lo cuma marah sama gue, lo ngga perlu marah sama makanan," ucap Kalandra membuat gerakan tangan Zendaya berhenti. Wanita itu melirik sesaat kearah Kalandra dengan tatapan datar.

"Apa gue perlu panggil Mama ke sini biar lo mau makan?"

Zendaya terlihat menghela nafas kasar, tangannya bergerak meraih piring yang berada di atas nampan itu dan memakannya dalam diam. Tak ada ekspresi apapun yang Zendaya tunjukkan, matanya hanya menatap hampa kearah makanannya.

"Lo boleh marah selama apapun, Ay, tapi gue ngga akan pernah berhenti buat berusaha buktiin semuanya," jelas Kalandra dengan terus menatap kearah Zendaya tanpa henti.

Gerakan wanita itu kembali terhenti, tangannya meremas gagang sendok itu dengan erat.

"Gue mau pisah," ucap Zendaya penuh tekanan, namun suara wanita itu terdengar sangat parau.

Kalandra menatap getir kearah sang istri, "Ngga akan, ngga akan ada perpisahan, Ay."

"Gue udah ngga butuhin lo lagi, gue ngga butuh cinta ataupun bukti apapun," balas Zendaya, perlahan kepala wanita itu terangkat dan menoleh kearah Kalandra, "gue rasanya udah mati rasa, jangankan cinta, gue bahkan udah ngga bisa ngebenci lo! Lo berhasil ngebuat semuanya jadi ngga tersisa, Kal."

Kalandra mati-matian menahan laju air matanya, "Gue janji bakal perbaiki semuanya, gue janji kita pasti bisa mulai dari awal lagi. Gue bakal pastiin semuanya berhasil, Aya."

Zendaya mengalihkan pandangannya, wanita itu terkekeh miris sambil menatap kearah pintu yang tertutup. Kenapa orang-orang lebih memilih untuk memperbaiki daripada menjaga hal itu dari lama?

Sia-sia, Kal, semuanya bakal sia-sia.

...

Octella menatap ponsel yang menampilkan foto dirinya bersama Kalandra. Gadis itu tersenyum tipis, sudah berapa hari Octella tidak berkomunikasi dengan pemuda itu?

Kalandra berhenti menghubunginya, begitupula dengan Octella yang masih menahan diri untuk tidak menghubungi pemuda itu lebih dulu.

Mereka hampir seperti orang asing padahal status di antara mereka masih sepasang kekasih.

"Lo hampir ngingkarin janji yang lo buat, Kal," gumam Octella sembari terkekeh miris.

Janji untuk selalu ada, dan janji untuk selalu menjadi miliknya. Kalandra seperti melupakan janji yang dibuatnya sendiri.

AMBIVALEN [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang