Zendaya menatap heran kearah ibunya yang menggeser box bayi kearah ranjangnya. Wanita itu berhenti tepat di sebelah Zendaya yang semakin membuat Zendaya heran.
"Ngapain di taro di sini, Ma?" tanya Zendaya tak suka, sementara Nava hanya mengelus rambut putrinya dengan sayang.
"Biar Kean deket sama Mamanya, karna kamu belum bisa jalan jadi Keannya aja yang di deketin," jawab Nava sembari meminta Lana untuk membaringkan Kean yang sudah tertidur pulas, bibir bayi mungil itu tampak terbuka kecil.
Lana memperhatikan Zendaya yang terlihat kesal lalu kembali menoleh kearah Nava, "Va, susu formulanya abis, belum sempet beli deh."
"Semoga Keannya ngga kebangun, ya," ucap Nava yang tentu saja terdengar sangat mustahil.
Zendaya tetap diam bahkan ketika dua ibu itu mulai mempersiapkan tempat tidur mereka, yaitu sebuah kasur yang di letakan di lantai.
"Cape banget," ungkap Nava sembari merenggangkan tubuhnya, wanita itu sudah bersiap-siap untuk tidur begitupula dengan Lana. Wanita itu berdehem pelan kemudian tidur menyamping menghadap jendela.
Zendaya menatap kedua orang itu dengan pandangan bingung, dirinya menghela nafas pelan lalu mencoba merebahkan tubuhnya dengan perlahan.
Mata sayu itu mulai tertutup, tetapi Zendaya tidak bisa tertidur. Kepalanya lalu menoleh kearah box bayi yang terlihat tenang.
"Lo emang ngga salah, yang salah cuma gue," bisik Zendaya dengan nada lirih.
Dengan itu perlahan Zendaya mulai menutup matanya lagi, mengabaikan segala kepingan-kepingan ingatan buruk yang mulai menyapa setiap kali matanya terpejam.
Sekitar tiga jam berlalu, Zendaya mulai terlelap dalam tidurnya. Namun, perlahan tidur Zendaya mulai terusik dengan rengekan-rengekan kecil yang terdengar dari samping tempat tidurnya.
Zendaya tetap memaksa untuk tertidur, tapi ketika rengekan itu berubah menjadi tangisan yang perlahan mulai membesar Zendaya langsung membukanya sembari berdecak marah.
Kepalanya menoleh kasar kearah box bayi yang terlihat bergoyang pelan, matanya melirik kedua orang yang biasanya langsung terjaga ketika mendengar suara sekecil apapun yang berasal dari Keandra.
Namun kali ini keduanya tetap diam seolah tak mendengar apapun, dengan sekuat tenaga Zendaya berusaha untuk duduk, beberapa kali wanita itu terdengar meringis pelan.
Zendaya menarik kasar box itu sehingga berayun kearahnya, "Diem!"
Tangisan itu kian membesar ketika mendengar suaranya, Zendaya mencengkram erat pinggiran box, wajah wanita itu tampak tertekan.
"Gue bilang diem!"
Tanpa di sadari, Lana mencoba untuk bangun, tapi di tahan oleh Nava dengan gelengan pelan. Lana mencoba menutup matanya lagi walau perasaannya merasa cemas.
Dengan nafas yang mulai tak beraturan, Zendaya mengambil bayinya dengan kasar, "Berapa kali gue bilang lo-
Ucapan Zendaya terhenti ketika bayi itu mendadak berhenti menangis dan hanya merengek pelan. Tangan Zendaya sedikit bergetar saat mencengkram erat bedung yang membungkus tubuh putranya.
Begitupula dengan punggungnya yang mulai bergetar karena Zendaya tiba-tiba menangis. Kepala wanita itu tertunduk dalam, lalu dengan perlahan Zendaya memeluk erat bayinya.
"Kenapa lo ngga pernah dengerin gue?!" tanya Zendaya dengan suara tertahan, "kenapa lo mau-mau aja lahir dari rahim cewe sialan kaya gue?! Kenapa?!
"Kenapa lo ngga biarin gue mati aja kalo emang lo pengen hidup!"
KAMU SEDANG MEMBACA
AMBIVALEN [END]
Novela JuvenilAmbivalen; perasaan bercabang dua yang bertentangan. Seperti ... Mencintai dan membenci dalam waktu yang bersamaan. Mereka hanya punya satu pilihan, mempertahankan cinta atau kebencian. Karena nyatanya hanya satu perasaan yang akan menang, dan se...