Sudah lewat hampir seminggu sejak hari itu, hubungan mereka semakin membaik setiap harinya. Perlahan suasana di rumah ini terasa lebih hangat.
Hanya saja, Zendaya masih belum memiliki keinginan untuk kembali memeriksakan kondisi bayinya ke rumah sakit.
Zendaya masih berusaha abai dengan keberadaan bayi ini di tengah-tengah mereka. Berbeda dengan Kalandra yang terlihat mulai peduli dengan bayi ini.
"Sayang, mau bawa ini juga?" tanya Kalandra sambil mengangkat sekotak stroberi dari kulkas.
Zendaya yang sedang menyusun makanan di keranjang menoleh lalu mengangguk pelan.
"Kita pergi pake apa?"
Kalandra kembali menoleh kearah sang istri, "Mobil, nanti Raja yang anter ke sini."
Wanita itu mengangguk paham, tangannya kembali menyusun beberapa makanan di dalam keranjang itu.
Semalam Kalandra mengajaknya untuk piknik di suatu tempat. Katanya selama masa pernikahan mereka belum pernah menghabiskan waktu jalan-jalan berdua. Jadi mereka harus mencoba semua hal, Zendaya jelas menyetujui semua itu.
Suara klakson mobil mengalihkan atensi mereka. Kalandra menaruh kotak stroberi itu di meja lalu berjalan kearah pintu.
"Selamat pagi, adikku tersayang!" ucap Raja sambil merentangkan tangannya.
Zendaya melambaikan tangannya seraya tersenyum, "Pagi, bang Raja."
"Bang Raja nanti pulangnya pake apa?"
Raja mencomot stroberi yang ada di atas meja, "Bareng Papa dong, udah ah mau pulang."
Zendaya mengernyit bingung, "Om Ragas ikut? Kok cepet sih pulangnya?"
"Abang Raja yang ganteng ini mau ngedate sama sang kekasih hati," jawab Raja dengan senyuman lebar.
Zendaya terkekeh pelan, "Cie, tumben Inka mau."
"Pelet gue ampuh berarti."
"Bang Raja dih!"
Atensi kakak beradik itu beralih saat Kalandra dan Ragas menghampiri mereka. Pemuda itu mengelus rambut Zendaya dengan lembut.
"Om Ragas," sapa Zendaya dengan senyuman lebar.
Ragas menghampiri wanita itu lalu mengecup pelipisnya dengan lembut, "Apa kabar, cantik?"
"Baik, om. Om sama Tante gimana?"
"Baik dong."
"Pergi sekarang?"
Zendaya memukul pinggang Kalandra pelan, "Masih ada bang Raja sama Om Ragas di sini, masa di tinggal."
"Tau nih, gini-gini gue kakak ipar lo, ya!"
"Iya-iya, Kakak ipar," balas Kalandra dengan tatapan malas.
Ragas terkekeh pelan, "Iya, nanti kelamaan di jalan. Raja katanya mau jalan juga."
"Maaf ngerepotin, Om," ucap Kalandra sedikit tak enak.
"Ngga ngerepotin sama sekali, Kal. Kalo butuh apa-apa bilang aja."
Raja mendelik sinis, "Ngga makasih ke gue lo?"
"Makasih, Tuan Raja."
Raja tersenyum bangga lalu beralih menatap Zendaya lalu mengelus puncak kepala wanita itu dengan lembut.
"Semoga sukses."
Zendaya mengangguk semangat, "Bang Raja juga!"
Kalandra yang merasa tidak di anggap hanya diam dengan pandangan malas. Pemuda itu memilih mengambil keranjang yang berada di atas meja lalu membantu Zendaya berdiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
AMBIVALEN [END]
Fiksi RemajaAmbivalen; perasaan bercabang dua yang bertentangan. Seperti ... Mencintai dan membenci dalam waktu yang bersamaan. Mereka hanya punya satu pilihan, mempertahankan cinta atau kebencian. Karena nyatanya hanya satu perasaan yang akan menang, dan se...