Zendaya menyandarkan punggungnya di kepala ranjang, kepalanya menoleh kearah jendela kamar yang tirainya sudah tertutup.
Sudah lewat beberapa hari setelah Lana mengetahui semuanya, wanita itu lebih sering mengunjungi rumahnya dengan berbagai pertanyaan tentang kondisinya saat ini.
Dirinya sendiri merasa tak ada yang berubah, hanya sakit kepala seperti biasanya dan juga pandangan matanya yang sedikit memburam di waktu-waktu tertentu.
Zendaya merasa tidak ada yang perlu di khawatirkan tentang kondisinya saat ini, lagipula mungkin sebentar lagi dirinya akan kembali bisa berjalan.
Kepala Zendaya menoleh ketika mendengar rengekan kecil dari sebelahnya, matanya melirik kearah jam dinding yang menunjukkan pukul sepuluh malam.
"Kenapa lo ngga tidur-tidur? Gue udah kasih lo susu, kan?"
Zendaya menatap diam saat Keandra mengangkat tangannya seolah ingin menggapai dirinya.
"Maaf, mungkin harusnya lo bisa dapetin ibu yang lebih baik dari gue," gumam Zendaya sembari memejamkan matanya.
Lengannya melingkar untuk memeluk dirinya sendiri, entah mengapa di beberapa waktu tertentu Zendaya merasa sangat sedih saat mengingat nasib bayi kecil itu.
Zendaya sadar bukan salah takdir jika Keandra tidak memiliki ibu yang lebih baik, tapi salah Zendaya yang tidak mau berusaha untuk menjadi lebih baik.
Terkadang Zendaya sangat ingin, tapi ketika melihat wajah bayi mungil itu rasanya seluruh memori buruk yang pernah terjadi langsung berputar berulang-ulang seperti kaset rusak.
Zendaya sekuat tenaga untuk melupakan penghianatan itu, tapi Zendaya selalu gagal untuk melupakan rasa sakitnya.
Suara pintu kamar terbuka membuat Zendaya membuka matanya, terlihat Kalandra yang baru saja tiba dengan senyuman di wajah lelahnya.
"Gue bawa cheesecake, dari cafe tempat gue kerja," ucap Kalandra sembari mengangkat sebuah kotak yang berada di tangannya.
Zendaya tersenyum sinis mendengar hal itu, matanya terus menatap Kalandra yang sedang berjalan kearahnya.
"Dari Cafe Mentari?"
Kalandra tersenyum miris dengan anggukan pelan, "Dari Cafe Mentari."
Pemuda itu meletakan kotak itu di atas pangkuan Zendaya, atensinya lalu beralih kearah makhluk mungil yang terlihat masih terjaga.
"Hey, kok belum tidur?" tanya Kalandra dengan lembut, pemuda itu berpindah tempat kemudian duduk di sebelah Zendaya.
Kalandra meletakan tas nya di lantai, "Kean kenapa belum tidur, hm? Masa laper sih? Ini perutnya udah gendut lho."
Pemuda itu mengusap lembut perut putranya, membuat bayi kecil itu terlihat tersenyum lebar.
Kalandra menggelengkan kepala pelan ketika melihat bayi itu seakan meminta untuk di gendong.
"No, no, no, Papa belum mandi, sayang, nanti, ya?"
Zendaya yang sejak tadi menunduk langsung menoleh ketika mendengar Kalandra menyebut dirinya sendiri dengan sebutan 'Papa'.
Merasa di tatap, Kalandra lantas menoleh dan menemukan Zendaya yang masih menatapnya. Pemuda itu melirik kotak kue yang belum tersentuh, tangannya kemudian terangkat ragu untuk mengelus rambut panjang sang istri.
"Di makan, ya? Itu hadiah dari temen kerja gue karna dia tau istri gue abis melahirkan," ucap Kalandra dengan senyum lembut, sementara Zendaya langsung terdiam membeku.
KAMU SEDANG MEMBACA
AMBIVALEN [END]
Teen FictionAmbivalen; perasaan bercabang dua yang bertentangan. Seperti ... Mencintai dan membenci dalam waktu yang bersamaan. Mereka hanya punya satu pilihan, mempertahankan cinta atau kebencian. Karena nyatanya hanya satu perasaan yang akan menang, dan se...