Kalandra duduk di ujung ranjang sambil memperhatikan Zendaya yang melamun menatap kearah jendela. Putra mereka sudah di bawa keluar oleh Lana sejak kepulangan Raja tadi.
Rasanya seluruh kata-kata yang Kalandra miliki hilang begitu saja, dirinya tidak mampu mengucapkan sepatah katapun sejak tadi.
Zendaya menghela nafas panjang sebelum menoleh kearah Kalandra yang terus menatapnya, "Boleh tanya sesuatu?"
Kalandra langsung mengangguk dengan cepat, "A-apa?"
"Kenapa lo milih balik ke gue kalo emang cinta lo ada di Octella?"
Kalandra yang sempat menunduk seketika mendongak dengan gerakan kaku, jantungnya berdebar begitu cepat saat mendengar pertanyaan sang istri.
"A-aku-
"Karena lo ngerasa bersalah? Atau karena lo ngerasa lo punya tanggung jawab? Atau karena lo kasian ngeliat kondisi gue kaya gini?" tanya Zendaya beruntun membuat Kalandra semakin membisu.
Kalandra menarik nafas panjang, "Karena tempat aku emang seharusnya di sini, Aya. Rumah aku di sini, nggak seharusnya aku cari tempat pulang yang lain."
"Aku ngerasa bersalah, bener, aku emang bener bener ngerasa bersalah karena aku sadar ini semua emang kesalahan aku, seandainya dari dulu aku terima semuanya, ini nggak akan terjadi. Tanggung jawab, kalian berdua tanggung jawab aku, Aya, tanggung jawab yang dulu pernah aku lepas dan sekarang aku lagi berusaha buat perbaiki semuanya, tapi kamu harus inget aku nggak pernah ada di sini karena rasa kasian, nggak ada yang perlu aku kasianin dari kamu ataupun Kean," sambung Kalandra dengan tatapan sendu, pemuda itu mendekat kearah Zendaya hanya untuk menggenggam tangan dingin sang istri.
Kalandra membawa tangan dingin itu untuk di kecup pelan, bersamaan dengan air matanya yang kembali terjatuh.
"Aku nggak akan pernah nyesel dengan semua keputusan yang aku ambil, Aya. Aku di sini, selamanya, mau sebanyak apapun yang ngusir aku, aku bakal tetep di sini bahkan sekalipun kamu ngusir aku, aku nggak akan pergi. Maaf kalo kedengarannya egois, tapi aku nggak mau ngulang kesalahan yang sama lagi, Aya," ungkap Kalandra dengan suara bergetar.
"Hidup sama orang yang nggak cinta sama lo itu sakit, Kal," balas Zendaya yang meniru ucapan Raja tadi.
Kalandra mengangguk pelan, "Kamu harus tau kalo cinta datang karena terbiasa, tolong biarin aku terbiasa dengan semua ini, Aya."
"Tapi hati lo butuh Octella."
Pemuda itu menggeleng sembari terisak pelan, "Aku cuma butuh kamu sama Kean, Ay, aku nggak butuh siapapun selain kalian."
"Jangan bohong, Kal," ucap Zendaya kemudian mengigit bibirnya pelan sambil menatap Kalandra yang masih menyembunyikan wajahnya di genggaman mereka.
Kalandra menggeleng, "Tolong jangan lagi bawa siapapun, Aya, cukup kita, aku mohon."
Zendaya mengalihkan pandangannya begitu air matanya terjatuh. Tak lama keduanya lantas terisak pelan, dengan cepat Kalandra membawa sang istri ke pelukannya.
***
Octella menatap gerbang besar di hadapannya, gadis itu masih berdiam diri saat gerbang besar itu perlahan terbuka.
"Silahkan masuk, mbak."
Gadis itu mengangguk singkat dengan wajah tanpa ekspresi, perlahan langkahnya membawa dirinya semakin mendekat kearah pintu masih tertutup.
Setelah menekan bel satu kali, Octella lantas mundur satu langkah. Terdengar suara sang ibu yang meminta untuk menunggu sebentar, namun suara itu membuat mata Octella langsung berkaca-kaca.
KAMU SEDANG MEMBACA
AMBIVALEN [END]
Roman pour AdolescentsAmbivalen; perasaan bercabang dua yang bertentangan. Seperti ... Mencintai dan membenci dalam waktu yang bersamaan. Mereka hanya punya satu pilihan, mempertahankan cinta atau kebencian. Karena nyatanya hanya satu perasaan yang akan menang, dan se...