Setelah kejadian tadi siang, tidak ada yang benar-benar meninggalkan ruangan Zendaya. Kedua keluarga berada di sini malam ini, kecuali ... Dero.
Para sahabat mereka sudah pulang sejak sore tadi. Mereka meninggalkan rumah sakit dengan penuh keadaan cemas.
Nava yang masih di infus duduk di kursi roda di samping ranjang Zendaya. Putrinya itu masih tertidur setelah diberikan obat bius oleh dokter karena wanita itu kembali berteriak saat sadar tadi.
Lana mengelus pundak Nava yang sedikit bergetar menahan tangis, "Kita pasti bakal bantu Aya buat pulih dari kondisi ini."
Nava mengangguk setuju, "Aya ngga akan kenapa-napa kan, Na?"
"Aya itu wanita kuat, sama kaya ibu nya."
Ragas menatap adiknya sendu, pria itu mengingat saat dimana Zendaya lahir dulu. Ragas langsung bergegas pulang saat mendengar apa yang terjadi.
Nava juga mengalami depresi ringan karena Dero tidak mau menerima Zendaya yang berjenis kelamin perempuan kala itu.
Belum lagi dulu hubungan Nava dengan ayah mereka sedang agak kurang baik. Nava adalah seorang mualaf, wanita itu memilih jalannya sendiri ketika ingin menikah dengan Dero.
Ayah mereka menolak dengan keras, tetapi Nava juga sama kerasnya. Hubungan mereka tidak membaik selama satu tahun pernikahan Nava.
Selama ayah mereka masih hidup, Zendaya sering kali di bandingkan dengan Raja. Tapi untunglah hubungan mereka masih baik-baik saja sampai saat ini.
Sampai di saat terakhir, barulah ayah mereka mengatakan bahwa dirinya mengikhlaskan keputusan Nava.
Ragas sedikit takut, takut jika Zendaya tidak mau menerima bayi nya. Apalagi mendengar apa yang anaknya katakan tadi.
Ragas menatap kearah putra tunggalnya yang terduduk lemas di samping sang istri.
"Raja, pulang. Ganti seragam kamu," suruh Ragas tegas.
Raja baru ingin membantah tapi sentuhan di pundaknya membuat pemuda itu menoleh.
Zhafa mengangguk, "Nanti baru ke sini lagi."
Ragas beralih menatap Kalandra yang termenung di samping jendela, "Kalandra juga, pulang dulu."
Kalandra menoleh kearah Ragas lalu kearah Zendaya yang masih terlelap.
"Aya biar kami yang jaga," sambung Ragas.
Kalandra mengangguk pelan, saat membuka pintu pemuda itu sedikit terkejut karena kedatangan sang ayah.
"Papa? Kapan pulang?" tanya Kalandra bingung, pasalnya Richard sedang ada perjalanan bisnis ke luar kota saat ini.
Richard tersenyum tipis, "Tadi sore, kamu mau pulang?"
Kalandra mengangguk, "Mau mandi."
"Kamu pasti bisa, anak Papa selalu hebat."
Kalandra sedikit tertegun mendengar hal itu, tepukan di bahunya membuat pemuda itu langsung melangkah keluar tanpa mengucapkan apapun lagi.
Selama perjalanan Kalandra selalu memikirkan ucapan sang ayah. Pemuda itu terkekeh pelan. Mereka semua benar.
Rasa sakit Kalandra dan Zendaya tidak sebanding. Kalandra tidak pernah di buang, seluruh hubungan nya masih sama. Bahkan dengan Octella sekalipun.
Tapi Zendaya?
Tidak ada hal yang pernah sama lagi setelah pernikahan ini. Baik kondisi fisik, hubungan keluarga, dan ... Kalandra. Semuanya berubah.
KAMU SEDANG MEMBACA
AMBIVALEN [END]
Fiksi RemajaAmbivalen; perasaan bercabang dua yang bertentangan. Seperti ... Mencintai dan membenci dalam waktu yang bersamaan. Mereka hanya punya satu pilihan, mempertahankan cinta atau kebencian. Karena nyatanya hanya satu perasaan yang akan menang, dan se...