Zendaya menutup kedua telinganya dengan erat ketika mendengar suara tangisan bayinya di tengah malam.
Wanita itu melirik kearah Nava yang menimang bayinya, "Ma, kenapa dia nangis terus?! Telinga aku sakit! Taro di luar aja, Ma!"
Nava yang sedang menimang cucunya itu bingung harus bersedih atau tertawa mendengar ucapan putrinya itu. Ada-ada saja yang Zendaya ucapkan ketika menyangkut bayi ini.
"Ngga boleh gitu, sayang, mungkin dia laper makanya nangis. Dulu waktu kamu kecil juga gini kok, ngga ada tuh Mama taro kamu di luar," ucap Nava dengan lembut, berharap Zendaya bisa mengerti sedikit demi sedikit.
Pintu kamar terbuka memperlihatkan Lana yang membawa sebotol susu formula. Kedua ibu itu berusaha menenangkan bayi kecil yang masih terus menangis keras.
"Kaya nya dia ngga mau deh, Va," ucap Lana sedih, wanita itu melirik kearah Zendaya yang masih menutup telinganya, "Aya, sayang, coba susuin Kean, ya? Dokter bilang, Kean butuh asi kamu."
Mata Zendaya terbuka lebar, wanita itu melirik horor dua wanita yang sudah berjalan kearahnya. Zendaya segera menutup area dadanya dengan kedua tangan.
"Enggak! Bawa pergi aja! Aya ngga mau!" tolak Zendaya sembari menggeleng pelan.
Lana mengelus rambut menantunya sayang, "Coba dulu, ya? Ngga papa kok, ngga sakit."
"Tapi Aya ngga mau, Ma," rengek Zendaya sambil terus menggelengkan kepalanya.
Nava ikut duduk di sebelah Lana, "Aya, coba. Kamu ngga kasian sama Mama Lana? Ngga kasian sama Mama? Kamu mau kita begadang semalaman?"
Mata Zendaya tampak berkaca-kaca ketika Lana membantunya untuk duduk. Kepalanya masih menggeleng ketika Nava mencoba menyerahkan bayi itu ke pelukannya.
"Pegang yang bener, sayang," ucap Lana ketika melihat tangan Zendaya yang bergetar, begitupula dengan tubuhnya.
Zendaya terisak keras ketika bayinya mulai menyusu, jika bukan karena Nava ikut menahan bayi itu bisa saja Zendaya membuangnya ke lantai.
Lana langsung memeluk wanita itu, menyembunyikan wajah Zendaya di pelukannya agar tidak terfokus kepada bayi mungil itu.
Nava menghela nafas lega begitupula dengan Lana. Mereka saling melempar senyum satu sama lain. Nava kemudian menatap wajah tenang cucunya dengan mata yang sedikit berkaca-kaca.
Masih tidak menyangka jika putri kesayangannya sudah menjadi seorang ibu.
***
Kalandra menatap ponselnya heran, kenapa kekasihnya terus menerus memintanya untuk datang? Pemuda itu bahkan tidak menyadari ketika seorang gadis duduk di sebelahnya.
"Kalan."
Pemuda itu sedikit tersentak kaget ketika melihat kesamping, dengan cepat Kalandra menggeser tubuhnya membuat Inka dan Radit tertawa pelan.
"Kalian kenapa ninggalin Alu?" tanya Alura dengan wajah cemberut.
Inka terkekeh gemas, "Maaf, ya, Alu, tadi kita buru-buru sampe lupa."
Alura mengangguk singkat, "Ngga papa, Alu udah biasa di lupain."
Alura yang baru sana ingin berbicara lagi langsung terhenti dengan kedatangan dua orang pemuda dan satu orang gadis.
"Ngapain kesini jauh-jauh?" tanya Radit heran.
Raja langsung mendudukan diri di samping Inka, sementara Azran dan Amira duduk bersebelahan.
KAMU SEDANG MEMBACA
AMBIVALEN [END]
Novela JuvenilAmbivalen; perasaan bercabang dua yang bertentangan. Seperti ... Mencintai dan membenci dalam waktu yang bersamaan. Mereka hanya punya satu pilihan, mempertahankan cinta atau kebencian. Karena nyatanya hanya satu perasaan yang akan menang, dan se...