Kalandra yang sudah berdiri di depan pintu rumah sontak membuka ponselnya ketika merasakan ada getaran di sakunya. Bibirnya menarik senyum lebar ketika membaca pesan yang baru di terima.
Dengan cepat langkahnya membawanya memasuki rumah, pemuda itu tergesa-gesa berlari menuju kamar dimana terdapat Lana, Nava dan juga Zendaya.
"Mama," panggil Kalandra ketika pemuda itu memasuki kamar, membuat Lana menoleh sambil mengangkat kedua alisnya, "Kalan di terima kerja!"
Lana membalas pelukan putranya tak kalah erat, wanita itu terkekeh kecil melihat antusias Kalandra.
"Selamat, ya, Kalan," ucap Nava yang sedang bermain dengan cucunya.
Kalandra mengangguk singkat, matanya kemudian beralih menatap Zendaya. Wanita itu terlihat tidak perduli dengan kehadirannya.
Atensi Kalandra beralih ketika merasakan elusan lembut di lengannya. Perlahan pemuda itu melangkah menuju ranjang ketika Lana mengangguk seolah memberi petunjuk.
"Aya," panggil Kalandra pelan, ingatan dimana dirinya mengusir wanita itu terus mengganggunya hingga saat ini.
Zendaya hanya menatap Kalandra datar, seolah rasa sakitnya beberapa waktu yang lalu bukanlah apa-apa.
Kalandra tersenyum tipis, "Gue di terima, makasih udah doain gue."
Zendaya ingat kata-kata ini, Kalandra mengucapkannya ketika mereka berada di danau. Ya ... Sebelum semua kebusukan tentang pemuda ini terungkap.
Matanya menatap malas Kalandra yang masih tersenyum pedih kearahnya. Kenapa pemuda ini tampak bersedih? Apa Kalandra merasa bersalah? Atau ... Hubungan gelap itu berakhir?
"Maaf, Aya, maaf," bisik Kalandra dengan wajah bersalah, pemuda itu mencoba menggenggam tangan Zendaya tetapi langsung di tepis oleh wanita itu.
Zendaya memiringkan wajahnya, "Maaf untuk apa? Kita cuma salah paham, kan, Kalandra?"
Entah kenapa jantung Kalandra tiba-tiba berdetak dengan kencang, apalagi ketika melihat senyum tipis wanita itu.
Lana dan Nava hanya diam memperhatikan kedua manusia yang terlihat saling berbisik itu. Kedua wanita itu saling melempar senyum untuk saling menenangkan.
Tangisan kecil Keandra memecah keadaan mereka. Kalandra sontak mengalihkan pandangannya kepada si kecil.
"Kalan, mau gendong Kean ngga?" tawar Nava sembari sedikit mengangkat bayi mungil itu agak tinggi.
Kalandra menoleh kearah Lana lalu melangkah mendekat, perlahan tubuhnya sedikit menegang ketika Nava memindahkan Keandra kepadanya.
"Dia suka nih di gendong Papanya, liat langsung tenang," ucap Nava dengan wajah bahagia.
Kalandra hanya diam, matanya terus terpaku menatap bayi mungil itu yang juga sedang menatap kearahnya. Tangan mungil yang tidak di bedung itu bergerak-gerak seolah mencoba untuk menggapai wajahnya.
Pemuda itu membawa tubuhnya untuk duduk di sofa lalu dengan perlahan mendekatkan wajahnya kepada bayi kecil itu.
"Ini Papa, Keandra," bisik Kalandra amat pelan lalu memberikan kecupan kecil di mata bayi itu.
Hatinya menghangat saat bibirnya menyentuh kulit lembut putranya. Darahnya berdesir hebat, bahkan mengalahkan segala desiran aneh yang pernah ia rasakan.
Zendaya melihat itu semua, tapi tatapannya masih seperti tadi. Dirinya tidak bisa lagi merubah hal yang sudah terjadi, termasuk perkataannya malam itu.
...
Octella duduk diam di hadapan kedua orang tuanya. Yura mengatakan bahwa mereka berdua merindukannya, jadi wanita itu mengadakan makan malam bersama.
KAMU SEDANG MEMBACA
AMBIVALEN [END]
Teen FictionAmbivalen; perasaan bercabang dua yang bertentangan. Seperti ... Mencintai dan membenci dalam waktu yang bersamaan. Mereka hanya punya satu pilihan, mempertahankan cinta atau kebencian. Karena nyatanya hanya satu perasaan yang akan menang, dan se...