|| 32 | Anggota Keluarga Baru ||

2.1K 55 2
                                    

Inka melirik kearah Raja yang duduk melamun di sebelahnya. Sebenarnya, mereka berpapasan ketika Raja berlari keluar rumah sakit tadi, tapi pemuda itu bahkan tidak menyadari kehadirannya.

Melihat hal itu, Inka langsung berbalik untuk menyusul Raja. Hingga pemuda itu berhenti di depan rumah Zendaya.

Sekarang Raja terlihat sangat kacau, lebam yang tadi sudah sempat Inka obati masih terlihat jelas dengan warna yang mulai membiru. Belum lagi dengan mata sembab karena tidak berhenti menangis.

Satu tangan Inka yang tadi memegang kemudi beralih menyentuh jemari Raja, membuat pemuda itu tersentak kaget.

Inka tersenyum lembut sembari mengelus jemari Raja, mencoba memberikan ketenangan. Pemuda itu balas menggenggam jemari Inka dengan senyuman tipis.

"Gue ngga papa, Ka," ucap Raja dengan suara parau.

Inka mengangguk paham, tetapi mata gadis itu sedikit berkaca-kaca, "Gue tau, Ja, lo ngga pernah kenapa-kenapa, lo selalu baik-baik aja."

Mendengar hal itu, Raja mengeratkan genggaman mereka. Pemuda itu kemudian membawa tangan Inka untuk di kecup pelan, lalu Raja menyandarkan kepalanya di tangan yang masih di genggamannya itu.

Inka terus melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang, perjalanan mereka hanya di isi dengan isak tangis Raja. Pemuda itu terus menangis sambil menyandarkan kepalanya dalam genggaman mereka.

"Lo ngga harus jadi baik-baik aja di setiap kondisi, Ja," ucap Inka dengan suara serak, isak pilu Raja mampu membuat Inka ikut meneteskan air matanya.

Raja hanya mengangguk beberapa kali tanpa mengatakan apapun. Genggaman mereka terlepas, tangan Inka beralih untuk mengusap air mata pemuda itu dengan lembut.

Bibir Raja mencoba menarik senyum tipis, walaupun air matanya masih mengalir. Sosok seperti Inka, sangat Raja butuhkan. Sosok seperti ibunya, yang mampu membuat Raja jatuh cinta bahkan hingga detik ini.

Walaupun dengan dinding tinggi yang menghalangi mereka, Raja masih tetap tidak bisa menemukan titik untuk berhenti.

Jika orang bilang laki-laki hanya jatuh cinta satu kali, mungkin Raja akan percaya. Karena jika suatu saat nanti keadaan memaksakan Raja untuk menghentikan cintanya, Raja tidak akan pernah jatuh cinta lagi.

Suara notifikasi dari ponsel Raja membuat lamunan pemuda itu terhenti. Raja segera membuka pesan dari Nava, senyuman haru terbit di bibirnya ketika membaca pesan itu.

"Siapa, Ja?"

Raja mengangkat kepalanya, "Anak Aya laki-laki, operasi nya udah selesai, Ka."

Inka menutup mulutnya, gadis itu tak bisa menahan tangis bahagia mendengar kabar mengenai sahabatnya itu.

...

Octella menatap Kalandra yang sejak tadi diam menatap televisi yang menayangkan berita. Ini sudah hampir pukul tiga dini hari, jalanan masih cukup sepi ketika Octella menjemput kekasihnya di depan rumah sakit.

"Lo sebenernya kenapa, Kal?" tanya Octella mulai merasa jengah dengan kesunyian mereka.

"Kenapa lo di rumah sakit? Siapa yang sakit? Aya?" tanya gadis itu lagi.

Kalandra perlahan menoleh kearah Octella lalu dengan tiba-tiba memeluk gadis itu erat dan menyembunyikan wajahnya di ceruk leher Octella.

"Please, El, tolong jangan tanya apapun dulu, gue cuma mau peluk lo aja," bisik Kalandra dengan suara parau.

Octella balas memeluk kekasihnya itu, tangannya bergerak untuk mengelus punggung Kalandra dengan lembut.

"Oke, tapi nanti tolong jelasin semuanya sama gue. Banyak pertanyaan yang gue punya, Kal."

AMBIVALEN [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang