Kalandra mengerjabkan matanya pelan ketika bahunya terasa di tepuk berkali-kali. Pemuda itu merenggangkan badannya sembari membuka mata. Tatapannya jatuh kepada sosok pria yang memakai kacamata minus yang berdiri di samping mejanya sambil berkacak pinggang.
"Nyenyak tidurnya?"
Kalandra langsung terduduk tegap ketika pertanyaan penuh tekanan itu memasuki pendengarannya, "Maaf, Pak, saya ketiduran."
Pria itu tersenyum lebar, "Oh ngga papa, tidur aja, sampe saya pensiun nanti."
Kalandra tersenyum canggung sembari menggaruk kepalanya. Pemuda itu lalu melirik kearah Radit yang tampak menahan tawa sampai wajahnya memerah.
"Maaf, Pak."
Tatapan pria itu menjadi datar, "Kalo kamu ulangi lagi, saya ngga akan biarin kamu ikut kelas saya lagi!"
Kalandra menghela nafas panjang ketika dosennya kembali melangkah kedepan. Tangannya terangkat untuk memijat pelipisnya pelan.
"Kelas selesai, sampai jumpa minggu depan," ucap pria itu sembari melambangkan keluar.
Radit berjalan kearah Kalandra sambil tertawa keras. Tangannya menepuk bahu Kalandra beberapa kali.
"Mimpi apa sih? Nyenyak banget tidurnya."
Kalandra melirik Radit sinis, "Mimpi basah!"
Radit semakin tertawa, pemuda itu bahkan sampai menundukkan badan sembari memegang perut. Tawanya terhenti ketika Alura datang kearah mereka sambil tersenyum ramah.
"Inka mana?" tanya Alura sembari menggandeng tangan keduanya, "ayo kita keluar!"
Radit menoleh kebelakang, "Lah iya, Inka mana, ya?"
Alura mencubit kecil lengan Radit, "Masa ngga sadar sih kalo Inka ngga ada?!"
Sementara Kalandra hanya diam mengikuti kemanapun Alura menyeret mereka. Kepalanya terasa sakit karena tidak cukup tidur mengingat Keandra yang menjadi sangat rewel semalam.
Hatinya berdenyut sakit ketika mengingat apa yang Zendaya katakan. Wanita itu bahkan tertidur karena kelelahan menangis. Namun, Kalandra berjanji tak akan melepaskan Zendaya untuk selamanya.
Apapun akan Kalandra lakukan untuk menyelamatkan keluarganya, termasuk memutuskan hubungan dengan Octella.
Kalandra tersadar ketika Alura menarik tangannya untuk ikut duduk. Pemuda itu menghela nafas lelah kemudian ikut bergabung.
"Kalian mau pesen apa? Karna Alu baik nanti Alu pesenin," ucap Alura sambil mengibaskan rambutnya pelan.
Radit terkekeh, "Gue mau-
"Kal."
Mereka semua sontak menoleh kearah sumber suara. Alura menjadi yang paling bersemangat ketika melihat siapa yang berdiri di sana.
"Azraaaaan," panggil Alura lalu berdiri untuk mendekati pemuda yang baru saja tiba.
Azran membiarkan Alura yang menggandeng tangannya, pemuda itu terus menatap lekat Kalandra yang menatapnya bingung.
"Kenapa, Zran?"
Azran berdehem pelan, "Boleh bicara sebentar?"
Radit yang melihat hal itu bergidik ngeri, "Kalian apa-apaan sih? Udah kenal lama, tapi buat ngomong aja pake izin izin segala."
Kalandra memutar bola matanya malas mendengar ucapan Radit, pemuda itu kembali menatap Azran, "Boleh, bicara di mana?"
Bukannya menjawab, Azran malah menoleh kearah Alura. Meminta gadis itu untuk melepaskan tangannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
AMBIVALEN [END]
Teen FictionAmbivalen; perasaan bercabang dua yang bertentangan. Seperti ... Mencintai dan membenci dalam waktu yang bersamaan. Mereka hanya punya satu pilihan, mempertahankan cinta atau kebencian. Karena nyatanya hanya satu perasaan yang akan menang, dan se...