JAWABAN

1.6K 79 8
                                    

setelah bapak pergi aku pun mandi ,  dan berencana akan bertanya pada nenek tentang kejadian pocong yang sering mengetuk jendela kamar ku , tanpa rasa kuatir dan aku sangat yakin bahwa nenek akan mendengarkan ku ,

segera ku hampiri nenek yang terduduk di kursi kayu di bawah pohon nangka depan rumah ,

"sudah mandi rud.?"
tanya nenek yang melihatku mendekat,

"sudah nek , "

"gimana betah tinggal di sana .?"

mendengar pertanyaan nenek aku hanya mengangguk kecil , dan terdiam ,

"kenapa rud.? ibumu galak atau bagaimana.?"
tanya nenek ,

"sebenarnya  rudi mau cerita banyak nek, tapi bukan soal ibu"

"ya sudah rud , cerita saja , sebenarnya ada apa ,?"

"begini nek ,  semenjak rudi di sana , rudi sering sekali di ganggu oleh sosok pocong , "

nenek hanya tersenyum sembari memandangku,

"ya itu wajar rud , nenek juga dulu berfikir akan terjadi sesuatu pada mu ,"
ujar nenek seolah sudah tau apa yang telah terjadi padaku

"besok kamu pergi main ke mbah isah, ceritakan sama dia , mbah isah lebih paham ,"
tambah nenek,

mbah isah adalah ibu dari almarhum mamah ku , kini hidup nya sendirian di sebuah gubug yang di bangun dekat perlintasan kereta ,

"ahh, baik nek ,"

"semenjak kamu pindah , mbah isah beberapa kali main kesini dan menanyakan kabar mu , dan bercerita banyak hal  ,"
ujar nenek ,

"memangnya cerita apa nek.?"
tanyaku penasaran,

"sudah kamu tanyakan nanti sama mbah isah "

tak lama setelah itu datang tetangga nenek yang ikut duduk di depan rumah  , segera aku hentikan pertanyaan dan ceritaku , aku takut kalau orang lain sampai mendengar nya.

*******

keesokan harinya aku pergi ke rumah mbah isah  sengaja aku kesana agak siang karna kalau pagi mbah isah masih berdagang di pasar , walaupun mbah isah punya 11 anak termasuk almarhum mamah , namun ia tak mengandalkan bantuan dari anak- anak nya , di usianya yang sudah sangat tua dia masih berdagang bubur kacang hijau di pasar untuk memenuhi kebutuhanya sendiri.

sesampainya di sana aku melihat pintu gubugnya terbuka tandanya mbah isah sudah ada di rumahnya ,

"assalamuallaikum"

"waalaikum salam , siapa ya .?"
ucap mbah isah sembari mengarahkan pandanganya padaku ,

"ya ampun , rudi kapan kamu datang ndung.?, sini masuk !"
sambung mbah isah yang terlihat senang ketika melihat ku,

aku pun masuk ke dalam , tempat tinggal mbah isah ini hanya punya satu ruangan  berukuran 2 x 3 meter dengan dinding anyaman bambu dan lantai yang masih ber alas tanah ,  tak ada perabot selain ranjang yang terbuat dari bambu, kompor ,dan perkakas untuk memasak bubur kacang hijau nya, sedangkan untuk mandi mbah isah biasanya numpang ke tetangga, entah mengapa mbah isah enggan menerima uluran tangan dari anak- anaknya dan memilih hidup sendiri.

"rudi datang kemaren mbah  ,"
ucapku yang segera menjabat tangan mbah isah dan menciumnya ,

"lalu bagaimana sekolahmu rud.?"

"lohh ini kan liburan sekolah setelah semester mbah , jadi rudi kesini "
ucapku

"oh , gitu rud , maklum mbah ga tau , mbah ga pernah sekolah soal nya "
ujar mbah isah,

"oh iya mbah , rudi mau cerita sesuatu sama simbah"

"cerita apa rud, ?"

"sebenar nya kemarin rudi  sudah cerita ke nenek , tapi malah di suruh cerita ke mbah isah , rudi jadi bingung memangnya ada apa.?"
ujarku

mendengar perkataan ku mbah isah terdiam dan segera menatap ku , kini raut wajahnya terlihat sangat serius ,
seolah ia sangat menantikan ceritaku.

POCONG PENGETUK JENDELATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang