selesai mandi , aku masih mendengar perdebatan mereka ber tiga ,
aku hanya bisa berharap nenek dan mbah isah bisa meluluhkan hati bapak , agar aku bisa tetap tinggal di sini,
dari ruang tamu aku berusaha mendengar percakapan mereka ,"jo , kamu tidak tahu , kalau almarhum istrimu sering datang padaku dan meminta untuk membawa rudi kesini"
ujar mbah isah meyakinkan bapak ,"mak, sudah lah , sila sudah meninggal mana mungkin bisa minta tolong ke orang yang masih hidup .? lebih baik do'a kan saja dia supaya tenang di alam sana"
ucap bapak,"jo , kamu terlalu keras kepala , kamu bisa bilang begitu , sedangkan kamu sendiri di suruh pamit dan minta izin ke makam nya untuk membawa rudi pun kamu enggan ,"
ujar nenek membantah perkataan bapak barusan ,"mak , jaman sudah semakin canggih , masih saja percaya dengan hal-hal seperti itu ,"
"mau jaman secanggih apa pun , nama nya orang tua , ya orang tua , kamu coba turuti dan jalan kan nasihat orang tua mu ini , toh kamu juga tidak akan rugi,"
ucap nenek,"baik mak , kalau cuma berziarah ke makam sila , aku akan turuti , tapi kalau untuk rudi yang harus tetap tinggal di sini , mohon maaf sekali aku tidak bisa "
ujar bapak ,terlihat raut wajah kecewa dari nenek dan mbah isah , mereka sudah berusaha dengan keras untuk membujuk bapak namun , terlihat sia- sia ,
mereka seolah sudah tak bisa berbuat apa-apa lagi ,.
aku segera keluar dan menghampiri bapak , aku takut jika harus kembali ke sana , aku sudah tidak mau lagi tinggal di sana ,"pak , apa boleh rudi tetap tingal di sini saja sama nenek .?"
ucapku ,"rud ,dengarkan bapak , kalau kamu terus di sini Pendidikan mu tidak akan berjalan dengan baik, "
jelas bapak ,"tapi rudi tidak betah pak , tinggal disana,"
"rud , lambat laun kamu pasti akan terbiasa dan betah tinggal di sana , hanya soal masalah waktu saja untuk beradaptasi dengan lingkungan"
"ya sudah , ayo kita pergi ziarah ke makam mamah mu dulu sebelum berangkat ,!"
tambah bapakaku hanya menganguk dan berjalan mengikuti bapak , kembali ku tolehkan pandangan pada mbah isah dan nenek yang terduduk di depan rumah , raut wajah kecewa nya masih terlihat jelas ,
aku hanya terdiam,tidak tau lagi harus bagaiman menyakinkan bapak, agar aku bisa tetap disini.
setibanya di makam aku dan bapak mulai memanjatkan doa, tak terasa air mataku mengalir tanpa terasa,
"mah, rudi datang , sudah lama sekali rudi tidak mengunjungi makam mamah, rudi kangen sekali,"
ucap ku dalam hati sembari ku usap batu nisan nya.
bapak yang sudah selsai berdoa memanggilku" rud, rudi.!"
suara bapak menyadarkan ku dari lamunan, aku tersentak melihat bapak yang mulai meninggalkan pemakaman,
"ya pak."
sambil menyeka air mata aku berbisik lirih ,
"mah rudi pamit pulang dulu ya, mamah bisa bantuin rudi ngak , biar rudi tetap tinggal di sini,!"tanpa sadar aku meminta tolong di depan makam mamah , padahal menurut kepercayaan orang tua meminta tolong pada orang yang sudah meninggal sangat di larang,
sepulang dari pemakaman bapak dan aku berpamitan untuk pulang ,
" ma, aku dan rudi pamit ya, jaga kesehatan kalian , jangan terlalu cemas , rudi pasti akan baik-baik saja"
ucap bapak yang menjabat dan mencium tangan kedua orang tua ituaku pun mengikuti apa yang bapak lakukan ,
berat rasanya ku langkah kan kaki ini pergi meninggalkan tempat yang membuatku nyaman."ayo rud kita berangkat"
"iya pak,"
jawab kudalam perjalanan hanya ada rasa cemas dan khawatir, batinku yang menolak untuk tinggal disana tak mampu lagi aku sembunyikan , kurasa kini bukan teror pocong yang membuatku takut , namun aku lebih takut jika harus berpisah dengan orang- orang yang aku sayangi .
KAMU SEDANG MEMBACA
POCONG PENGETUK JENDELA
Terroraku anak tiri yang harus ikut ibu sambung harus menghadapi teror pocong di tempat tinggalku yang baru