BAPAK YANG KERAS KEPALA

1.7K 66 3
                                    

aku pun tersentak mendengar perkataan mbah isah , aku yakin sekali kalau itu bukan lah mimpi,.

"rud , memangnya apa yang kamu lihat,?"
tanya mbah isah yang melihatku gelisah dan kebingungan ,

"rudi , tadi lihat simbah duduk di bawah , sedang membakar kemenyan dan di depan simbah ada sesajen "
ujarku pada mbah isah ,

dengan wajah bingung mendengar perkataan ku , mbah isah pun berdiri dan mengambil segelas air dan memberikanya pada ku,

"sudah rud, mungkin kamu mimpi,"
ucap mbah isah

"ngak mbah, rudi yakin sekali , itu bukan mimpi, "

"ya sudah kamu tidur lagi , masih malam , mbah mau siap-siap bikin bubur dulu , buat jualan besok"
ucap mbah isah yang terlihat mulai menyiapkan prekakas nya.

aku pun kembali berbaring ,
dan terus mengingat- ingat peristiwa tadi , namun berapa kali pun di ingat tetap saja aku merasa kalau tadi itu bukanlah mimpi,

"sudah lah lagian mbah isah juga sudah bangun dan mulai membuat bubur ,"
ucapku dalam hati,

ku pandangi mbah isah yang sibuk dengan pekerjaan nya , sampai mataku kini perlahan mulai terpejam dan kembali tertidur,

****

suara bising kereta api melintas mengejutkan ku , aku pun terbangun ku edarkan pandangan ku ke seluruh ruangan , hari sudah terang , dan mbah isah pun sudah tidak ada di dalam rumah, kulihat satu bungkus sarapan di atas meja kecil dan satu mangkuk bubur kacang hijau buatan mbah isah,

"tumben , banget mbah isah tak membangunkan ku subuh- subuh, biasanya dia membangunkan ku saat akan berangkat ke pasar,"
ucapku , dan mulai mengambil sarapan di atas meja,

aku pun makan dan berencana untuk segera pulang ke rumah nenek, karna kulihat jam dinding sudah menunjukan jam 8 pagi.

sesampai nya di rumah ku lihat nenek sedang terduduk dan mengobrol dengan para tetangga ,

"tumben rud , pulang nya siang ,? dulu waktu tinggal di sini , kalau menginap di mbah isah pulang nya subuh."
ucap nenek ,

"iya nek, mbah isah nga bangunin waktu mau berangkat ke pasar"
ujarku

"terus kamu sudah makan .? itu nenek sudah belikan sarapan buat kamu, ada di atas meja ."

"rudi sudah makan nek tadi , rudi mau mandi dulu nek."

"oh ya sudah kalau begitu ,"

aku pun segera masuk ke dalam rumah ku gapai handuk ku dan segera menuju ke kamar mandi , setelah selesai mandi aku pun duduk di kursi ruang tamu , melihat ku nenek segera menghampiri dan duduk di depan ku,

"gimana rud mbah isah sudah kasih tau soal itu ."
tanya nenek,

"sudah nek, terus waktu bapak di rumah, nenek sudah bilang ke bapak belum , kalau nenek pengin rudi di pindah lagi ke sini.?"
ucapku ,

nenek sudah bilang , tapi kamu tau kan watak bapak mu ,.? dulu juga begitu, waktu kamu mau di bawa kesana, nenek suruh ziarah dulu ke makam mamah mu untuk kirim doa dan minta izin , tapi bapak mu menolak nya , katanya orang sudah meninggal ga akan mencampuri urusan orang yang masih hidup,"
jelas nenek dengan raut wajah kecewa ,

"mungkin itu juga jadi alasan kenapa kamu sering di ganggu pocong , yang menurut nenek itu adalah mamah mu "
imbuh nya .

mendengar kata-kata nenek aku pun segera teringat mamah ku , rasanya sudah lama sekali , mamah meninggalkan ku ketika umurku masih 5 tahun ,

POCONG PENGETUK JENDELATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang