aku pun kini telah sampai di rumah ibu tiriku tak sepatah katapun terucap saat aku sampai di sini, aku hanya langsung masuk ke dalam kamarku dan mengunci pintu dari dalam , aku begitu sedih , semua yang aku harapkan tidak sedikitpun terwujud, bahkan nenek dan mbah isah pun tak bisa meluluhkan hati bapak kini aku hanya bisa pasrah menerima nasib ku .
hari kini mulai malam sejak aku datang aku sama sekali belum keluar dari kamar ku , namun rasa lapar memaksaku untuk keluar dan makan , segera aku menuju dapur mengambil makanan dan memakan nya di meja makan ,
terlihat bude menghampiri dan duduk di depan ku,"rud , kamu kenapa , dari tadi siang kamu datang , kok cuma berdiam diri di dalam kamar , dan wajah mu terlihat muram .?"
tanya bide padaku,"ngak apa-apa bude, rudi cuma capek ajah,"
jawab ku."rud , kamu ngak betah ya tinggal di sini , ?"
ucap bude dengan wajah simpati,mendengar pertanyaan itu aku hanya terdiam menganggukan kepala ,
"sebenernya bude tau , kamu tidak betah tinggal di sini , sering sekali bude perhatikan kamu selalu mengurung diri di kamar dan melamun ,"
"bude juga sudah sering bilang ke ibu mu, mungkin kamu tidak betah tinggal di sini, tapi ibu mu cuma diam saja dan tak menangapi perkataan bude jika menyakut soal kamu rud, jadi bude cuma bisa semangatin kamu saja , kamu yang sabar ya rud.!"
imbuh nya ,siapapun pasti mengerti tanpa aku bicara , wajah murung yang sering terlihat pada wajah ku dan sikap ku yang sering menyendiri seharus nya dapat di mengerti , tapi entah mengapa ibu dan bapak sama sekali tidak mau mengerti atau mungkin juga pura-pura tak mau mengerti ,
selesai makan dan sholat isya , aku kembali merebahkan tubuh ku di atas ranjang dengan kain sarung dan peci yang masih melekat di tubuh ku, terdengar riuh orang-orang masih mengobrol di depan rumah , perasaan cemas dan gelisah tiba-tiba muncul begitu saja ,
ku pandangi langit-langit kamar dan aku teringat sesosok wajah seorang wanita yang kini sangat kurindukan ,"mah , kalau tau akan seperti ini , kenapa rudi tidak mati saja seperti kakak dan adik , mamah juga cepat sekali meninggalkan rudi , dulu mamah pamit mau pergi dan suatu saat mamah akan kembali , tapi kini rudi tau , semua yang mati tidak akan pernah kembali, mamah sudah bohongi rudi"
ucapku lirih,air mataku tak dapat terbendung lagi , semakin di tahan semakin deras mengalir membasahi pipiku segera ku tutup wajah ku dengan bantal karna tak ingin ada orang yang mendengar tangisan ku , dan aku pun menangis sejadi-jadi nya hingga aku tertidur pulas
******
udara dingin yang masuk dari ventilasi udara membangunkan ku , suara orang orang yang mengobrol kini sudah tak lagi terdengar di gantikan oleh suara jangkrik dan serangga malam , ku raih selimut yang masih terlipat di ujung ranjangku ,
"ya ampun aku nangis sampai ketiduran "
ucapku sembari menutup bagian bawah tubuhku dengan selimut , dan kembali berbaring ,
belum sempat mataku terpejam sebuah suara seperti sesuatu merayap di atas lantai kamarku membuatku terpaku diam , beberapa kali ku pastikan asal suara itu , dan mencoba berlahan untuk melihatnya terlihat sedikit kain berwarna putih tergeletak di lantai,
KAMU SEDANG MEMBACA
POCONG PENGETUK JENDELA
Terroraku anak tiri yang harus ikut ibu sambung harus menghadapi teror pocong di tempat tinggalku yang baru