Aku Rudi anak ke 2 dari 3 bersaudara dan kedua saudaraku harus meninggal saat usianya masih balita, mungkin aku termasuk beruntung bisa hidup . dan membawa sebuah kelebihan atau bisa jadi sebuah kekurangan,
yaitu lebih peka terhadap mahluk gaib.
saat usiaku hampir menginjak 6 tahun ibuku meningal dunia karna serangan liver dan komplikasai, dan aku di rawat oleh kakek dan nenekku dan di anggap seperti anak mereka sendiri, sedangkan ayahku sibuk berkerja di luar kota .
ketika usiaku sembilan tahun , ayah menikah lagi dengan seorang wanita berumur 32 tahun dan bersetatus perawan tua,
mau tidak mau aku harus ikut orang tuaku karna ayah sudah punya istri yang baru.
tak lama setelah pernikahan ayah dan ibu sambungku aku kemudian di pindahkan ke sebuah desa di kota brebes, jawa tengah.
dan ikut ke tempat ibu sambungku. aku pun melanjutkan sekolah di desa tersebut sebagai murid pindahan. sedangkan beberapa hari setelah kepindahan ku ayah kembali berkerja di luar kota.
sedangkan aku tetap di rumah ibu sambungku bersama kedua orang tua dan kakak dari ibu sambungku .
sedangkan kakak dari ibu mempunyai dua orang anak , 1 laki-laki bernama Agi dan 1 perempuan namany ayu.
usia Agi hanya terpaut satu tahun lebih muda dari usiaku, sedangkan ayu umurnya baru 3 tahun.
Satu minggu berlalu, aku sudah mulai membaur dengan lingkungan sekitar dan sudah mulai akrab dengan anak-anak di desa itu, saat di sekolah agi mencariku di kelas karna aku kelas 3 dan agi masih kelas 2 sekolah dasar, dia mengajakku untuk mengambil buah wunih.
"Rud pulang sekolah kita ke pemakaman yuk"!
ajak Agi.
"loh mau apa ke pemakaman.?"
jawabku sambil mengerutkan muka dan agak bingung,
"kita ambil buah wunih , kata si dayat wunih di makam sudah banyak yang merah lohh , pasti enak tuh di bikin rujak"
aku yang tidak tau buah wunih pun bingung
"wunih .? buah apa itu .? baru denger ada buah wunih."
"ayo ikut aja lahh nanti juga tau , enak lohh asem dan seger , apa lagi klo di bikin rujak bebekk hmmm " jelas agi padaku.
aku yang penasaran pun langsung meng iyakan ajakan si agi.
sepulang sekolah dan makan siang kami berngkat ke pemakaman yang jaraknya kurang lebih hanya 40 meter dari rumah, di depan pemakaman sudah ada dayat yang menunggu di depan pintu masuk pemakaman . kami ber 3 pun masuk dan mengambil beberapa tangkai buah wunih yang setengah matang dan rasanya masih sangat asam .
"duhh masihh belum mateng banget nih aseemm rasanya." ucap dayat,
"iya yat , yang merah tinggi - tinggi banget gimana cara ngambilnya ya?"
timpal si agi sambil berusaha memetik buah wunih dengan galah.
"gimana kalo manjat ajah ya .?"
celetuku kepada mereka ,
"yah , aku ga bisa manjat ,tubuhku berat Rud "
jawab dayat , ya maklum sihh dayat kan gemuk klo di lihat sekilas saja udah jelas dayat nga bisa manjat pohon
KAMU SEDANG MEMBACA
POCONG PENGETUK JENDELA
Terroraku anak tiri yang harus ikut ibu sambung harus menghadapi teror pocong di tempat tinggalku yang baru