TAK ADA YANG PERCAYA

1.7K 67 0
                                    

segera bude datang ke kamarku ,

"rud kamu sakit.?, mending istirahat dulu di rumah jangan berangkat sekolah .!"
ucap bude , aku pun menuruti perkataan bude , segera ku ambil kain pel dan ku bersihkan muntahan ku tadi ,
sedangkan bude membantuku membuatkan surat izin yang nantinya akan di titipkan pada agi,

"bikin surat apa ,?"
tanya ibu ku yang terlihat baru keluar dari kamar nya ,

"surat izin buat si rudi , barusan dia muntah-muntah , dan badan nya panas "
jawab bude ,

tanpa menanggapi perkataan bude , ibu segera pergi ke kamar mandi dan tak mengucapkan apa pun seolah tidak perduli.

"ya sudah rud , kamu makan dulu habis ini bude antar ke puskesmas"

"iya bude "
jawabku .

selesai makan aku kemudian mencuci muka dan berangkat ke puskesmas bersama bude ,
kata dokter yang memeriksa ku , aku hanya masuk angin saja , dan aku di beri beberapa obat  , setelah selesai kami langsung kembali ke rumah ,

"rud , bude boleh tanya ngak?"
ucap bude sambil mengendarai sepedanya,

"tanya apa ya bude .?"

"semalam sebenarnya kamu kenapa rud , terduduk seolah memeluk seseorang dan menangis begitu keras .?"

"ngak apa- apa ko , rudi cuma mengigau ajah ,"
ujarku menutupi kejadian semalam,

"bude sampai kaget , suara tangismu begitu keras , "

tak lama kami pun sampai di rumah , kulihat bapak dan ibu sedang duduk di ruang tamu membicarakan sesuatu,

"rud kamu sakit,? "
tanya bapak yang melihatku di depan pintu,

"cuma masuk angin , besok juga sembuh ."
ucap bude ,

aku pun segera pergi menuju kamarku dan kembali berbaring , badanku terasa meriang , pikiran ku pun kalut,  rasanya tambah malas untuk bicara ,

"mau bilang apa lagi , bikin capek aja , lagian ucapan ku mana pernah di tanggapi "
gerutuku kesal ,

tak lama berselang bapak masuk ke kamarku dan duduk memandang ku,

"rud , kamu sabar saja ya , bukan nya bapak mengabaikan keinginan mu tapi kalo di sini  kamu lebih ada yang ngurus,''
ucap bapak menasihati ku,

aku hanya memutar ke atas kedua bola mata ku dan berbalik membelakangi bapak,

"ternyata sama saja , baik ibu atau bapak ,  sama saja tak mau mendengar dan percaya pada ku ,"
keluh ku lirih

"rud , tolong jangan bikin alasan yang tidak- tidak , bapak tau kamu tidak betah di sini , "

aku terdiam mendengar perkataan bapak , itu artinya mutlak bapak memang tidak percaya dengan yang ku alami , sebagai seorang anak yang belum cukup umur aku hanya bisa menangis , orang yang seharusnya bisa menjadi seorang pendengar yang baik , kini malah tak percaya dengan ucapan ku ,

"andai dulu rudi tau akan jadi begini, pastinya rudi  ngak akan pernah mau ikut kesini. lebih baik rudi ikut dengan nenek "
ucap ku ,

bapak hanya pergi keluar dari kamar ku , setelah mendengar ucapan ku , dan kini aku hanya bisa pasrah menghadapi semua ini .

****

hari berlalu, bahkan malam pun aku lewati tanpa ada gangguan apa pun , aku sedikit lega dalam kondisiku yang sedang sakit ini aku tak harus menghadapi teror pocong itu, meskipun begitu aku tetap merasa tidak betah di rumah ini , keinginan ku untuk pulang ke rumah nenek begitu besar,  bahkan hari -hariku kini tak terasa menyenangkan lagi , membuat ku malas keluar rumah untuk bermain dengan teman- teman dan hanya diam mengurung diri di dalam kamar

POCONG PENGETUK JENDELATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang