02

147 22 4
                                    

"Gimana perasaan lo mas?"

Pertanyaan dari Zaina tidak langsung mendapatkan respon, melainkan sebuah senyum yang Zaina sendiri sulit untuk mendeskripsikan arti senyum itu, tapi yang pasti Zaina tau bahwa senyum itu bermakna sangat dalam.

"I'm okay, Zai."

"Do you still love her?"

"Kepo deh!" Ezra mencubit pelan hidung mancung Zaina sebelum berlalu sambil membawa undangan itu.

"Terus itu ngapain dibawa?" Tanya Zaina, maksudnya undangannya.

"Itu atas nama Eyra kan? Gue mau balikin ke orangnya! Terus mau kondangan sama dia ke sana."

"Yang bener aja lu?! Gak ada niat buat ngerusak hajatan orang kan?"

"Itu mah otak kriminal lo kali, kalo gue nikah sama cewek lain!"

"BJIRRR! GUE SUKA KEPEDEAN LO!"

Ezra terbahak, kini dia sudah keluar dari kamar, pergi ke arah dapur entah untuk mencari apa tapi kemudian ia berteriak, "Zai, temenin minum yuk?"

Zaina memutar bola matanya jengah, ingat beberapa saat lalu ketika pria itu bilang, i'm okay, Zai.

"I'm okay Zai," Zaina mencibir dengan menirukan ucapan Ezra beberapa menit yang tadi, "Pret dut brobot bret, okay, okay, hati lu remuk kali ah mas!"

***

Honey sudah siap dengan dress simple hitamnya untuk datang ke ulangtahun Eyra yang diadakan kecil-kecilan di sebuah Kafe

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Honey sudah siap dengan dress simple hitamnya untuk datang ke ulangtahun Eyra yang diadakan kecil-kecilan di sebuah Kafe. Tadinya ia akan pergi sendiri, tapi ternyata kekasihnya berinisiatif untuk bertanya mau diantar atau tidak, jadi karena ada kesempatan, ya Honey jawab saja, mau. Berakhirlah ia diantar oleh Tristan.

Tristan memandang Honey dari ujung kepala sampai ujung kaki, bukan, bukan pandangan kekaguman melainkan pandahan menelisik, Honey sendiri sudah sangat paham akan hal itu, "Ada yang perlu aku ganti?" Tanya Honey.

Pria itu mengangkat sebelah alisnya, "Good."

Honey hanya tersenyum, ya kalau dengan outfit seperti in masih harus revisi outfit sih Honey heran. Gak ada dada terbuka, gak ada paha yang kemana-mana, gak ada make-up yang menor, seperti yang selalu menjadi revisi Tristan terhadap pakaian Honey.

Sampai di lokasi, Honey tidak langsung turun, ia melirik Tristan sebentar, "Kamu gak mau nemenin aku?"

"Aku gak suka acara-acara seperti itu."

"Ya udah."

"Nanti aku jemput lagi."

"Oke."

Tristan menatap Honey yang hanya memberi senyum tipisnya, "Maaf, Han."

"It's okay, Mas."
"Aku seneng kok udah diantar juga."

Sekarang Tristan yang tersenyum, tangan pria itu bergerak untuk mengusap puncak kepala Honey sebentar, "Telpon aku kalau mau minta jemput."

Twist of FateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang