28

71 9 9
                                    

Dearly Ney,

2020

Gak tau ini hari ke berapa aku di rumah sakit, nulis ini aja aku masih di rumah sakit, keadaanku masih drop setelah semua yang terjadi pasca keguguranku itu. Dokter bilang kalau aku terlalu stress yang akhirnya berpengaruh ke pemulihanku.

Mas Ezra sendiri juga sibuk sama kuliahnya, Eyra bilang saking sibuknya kuliah mas Ezra sampai keteteran untuk waktu kerjanya, jadi udah beberapa hari terakhir mas Ezra gak kerja. Dia juga nengokin aku kalau malem doang, ia bahkan terkesan menghindar. Mungkin dia merasa bersalah? Padahal aku gak bilang kalau aku tau soal dia cium cewek lain, karena aku nunggu banget pengakuannya.

Tapi akhirnya... semua itu terbahas saat mas Ezra ternyata baca jurnalku yang tergeletak di nakas. Jurnal ini emang selalu ada di tas aku, mas Ezra juga tau aku suka nulis di sini tapi dia gak tau kalau hampir semua isi jurnal ini adalah tentang dia, dan yang terakhir itu tentang dirinya yang kepergok ciuman sama cewek di bar.

"Ney...." mas Ezra manggil aku, dan bisa aku rasakan dari suaranya penuh dengan rasa bersalah.

Aku gak menyahut, memang akhir-akhir ini semenjak keguguranku itu, kami belum banyak bicara lagi.

"Maafin aku."

"Buat apa?"

"Jena kasih tau aku soal dia yang lihat aku sama cewek lain dan kasih tau ke kamu."

"Oh, kirain aku kamu emang mau ngaku sendiri, kalo Jena gak kasih tau, kamu gak akan minta maaf dan ngaku kan?"

"Honey, sayang... maaf."

"Lebih enak mana mas? Ciuman sama aku atau sama cewek itu? Kamu lega? Sedih kamu hilang dengan ciuman sama cewek lain?"

"Ney... jangan ngomong gitu. Aku mabuk. Aku gak inget apa-apa."

"Ngapain aja kamu sama cewek itu mas? Dia siapa?"

Mas Ezra menggeleng, "Aku bahkan gak kenal."

"Terus kalian ngapain aja? Kata Jena kamu dan cewek itu pergi bareng."

"Honey... gak penting kita ngapain aja yang penting..."

"Penting lah mas, aku butuh tau sejauh mana kamu mengkhianati aku!"

"Ney.... aku gak begitu. Aku kehilangan kendali. Aku gak inget apapun." Mas Ezra menciumi punggung tanganku berkali-kali, lalu ia taruh di pipinya yang bisa aku rasakan basah di sana. Mas Ezra menangis.

"Kamu belum jawab, kamu ngapain aja? Kalian pergi bareng itu kemana?"

"Ney... itu cuma bikin kamu sakit hati dengernya."

"Jadi... sejauh itu?"

"Maaf.... Honey, jujur aku gak inget. Pagi-pagi aku udah bangun, di satu kamar... hotel sama satu perempuan yang ternyata dia juga sama-sama mabuk malam itu. Ney, itu cuma accident, gak berarti apapun, ya?"

"Kehilangan anak buat kamu jadi sejahat ini ya mas sama aku? Bahkan Papa.... Papa yang selama ini di mata aku adalah pria paling buruk, ternyata... mungkin lebih baik dari pada kamu, karena seburuk dan sekasar apapun Papa, Papa gak pernah selingkuh. Marahnya Papa gak pernah pergi mabuk ke bar terus ciuman dan bahkan ngeroom sama cewek lain!"

"Honey..... maaf."

Aku menarik tanganku dari genggamannya, dadaku sudah sangat sesak, sampai aku gak bisa menahan lagi untuk menumpahkan ini, "Kamu nyakitin aku mas. Kamu nyalahin aku atas keguguran aku, ninggalin aku sendirian padahal bukan kamu aja yang sedih, aku juga sedih mas. Kamu malah pergi mabuk-mabukan dan bermalam sama cewek lain. Mas Ezra..... You're mean! You're so mean! You hurt me!!!"

Twist of FateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang