34

71 10 13
                                    

Sesuai permintaan mas-nya yang menyuruh Eyra mendatangi Zaina, perempuan itu datang ke apartment Zaina. Dibukakan pintu oleh Zaina, Eyra langsung masuk begitu saja tanpa permisi dan melihat bagaimana bekas perayaan ulangtahun yang gagal itu masih ada di apartement Zaina, kemudian Eyra salah fokus pada kamar Zaina yang sedikit terbuka karena menampilkan sebuah koper, tanpa izin si pemilik tempat, Eyra langsung pergi ke kamar Zaina dan mendapati kamarnya yang berantakan oleh baju-baju dan koper yang terbuka.

"Lo gak mau cabut dari sini kan Ney?" Tanya Eyra yang matanya sudah membulat ketika melihat itu semua.

"Nyokap sakit Ra, jadi gue kayaknya harus ke Bali."

"T-tapi kenapa lo bawa baju sebanyak ini? Ini mah hampir selemari lo bawa semua?" Iya karena Eyra melihat semua baju Zaina di dalam lemari ia keluarkan dan sekarang berserakan di atas kasur.

"Iya kayaknya gue bakal lama, soalnya sakitnya nyokap juga serius."

"Mami lo sakit apa?"

"Ya ada lah... pokoknya gue harus temenin mami di sana dan gak tau sampe kapan, sampe mami sembuh total pokoknya."

"Lo... mau ninggalin gue?"

Zaina menghela napas, "Ra jangan belaga kayak lo cuma punya gue deh. Kita masih bisa kabar-kabaran, lo bisa main ke Bali."

Eyra meraih tangan Zaina untuk ia genggam, "Lo serius bakal pergi lama? Selama apa sampe lo ngomong gitu Ney? Ini gak ada hubungannya sama mas Ezra kan? Lo gak pergi karena dia kan?"

Zaina menggeleng, "Nggak kok," entah kenapa Eyra tidak yakin akan jawaban sahabatnya itu.

"Neyya, apapun kesalahan yang mas gue lakuin ke lo, maafin dia ya?"

"Hak gue mau maafin dia atau nggak, Ra."

Eyra ikut sesak ketika mendengar itu, apa mas-nya sudah sangat mengecewakan Zaina?

"Sebenernya apa yang mas gue lakuin sama lo Ney?"

"Mas lo cuma bilang ke suaminya kak Honey kalau suaminya kak Honey gak bisa jagain kak Honey lagi, balikin aja kak Honey ke dia. Dia bilang kayak gitu di depan gue, dia sadar kalau gue ikut sama dia tapi dia lupa ada gue di sana. Terkesan hal yang remeh, tapi gatau Ra, gue sedih aja, harapan gue ternyata udah terlalu tinggi sama mas lo dan sakit hatinya gue datang dari harapan itu. Jadi kalau dibilang mas lo melakukan kesalahan besar? Ya nggak juga, harapan gue yang besar, dan kalimatnya yang minta kak Honey balik ke dia langsung jatuhin gue saat itu juga."

Bahu Zaina kini sudah di pegang oleh Eyra, sahabatnya itu mencoba untuk menguatkan Zaina.

"Siapa yang bilang itu bukan kesalahan besar? Mas Ezra itu udah sangat bodoh buat bilang kayak gitu Ney. Dengan gak tau malu dia ngomong begitu di depan suaminya kak Honey dan di depan lo. Dia lupa posisinya dan itu kesalahan yang fatal menurut gue. Perasaan lo valid Neya."

Zaina tersenyum tipis, "Makasih ya Ra? Makasih karena udah memvalidasi perasaan gue. Lo selalu jadi temen gue yang paling ngertiin gue, lo gak melihatnya secara subjektif kalau dia adalah kakak lo."

"Mas Ezra kakak gue, tapi lo juga sahabat gue Neya."

Zaina tersenyum haru lagi, dia berhambur ke pelukannya Eyra.

"Makasih Ra. Makasih banyak."

"Gue gak bakal maksa lo buat terus bareng mas gue, lo boleh pergi kalau lo mau. Tapi gue ketitipan amanah dari mas Ezra, dia mau gue bilang ke lo soal ini."

"Apa?"

"Mas gue.... beneran sayang sama lo, Neyya."

Zaina melepaskan pelukannya, "Bilangin juga ke mas lo.... gue juga sayang sama dia tapi.... gue lebih sayang sama diri gue sendiri."

Twist of FateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang