24

61 11 5
                                    

Hari ini sesuai janjinya Tristan menemani Honey untuk cek kandungan, kebetulan ia bisa pulang cepat jadi ia bisa meluangkan waktu untuk mengantar Honey ke dokter kandungan. Setelah apa yang ia lihat semalam, Tristan masih menahannya untuk tidak memberitahu Honey. Meski ia penasaran, tapi ia menahannya setidaknya sampai selesai periksa kandungan ini.

"Selamat ya pak, bu, janinnya udah 3 minggu, sejauh ini aman sih, gak ada yang perlu dikhawatirkan. Asal si ibu jaga pola makan, pola tidur dan jangan sampai kelelahan ya. Maaf juga ini notes aja, untuk berhubungan tidak dilarang tapi bisa lebih hati-hati ya pak, bu. Bagaimana pun usia kandungannya masih rentan."

Kurang lebih begitulah yang diucapkan oleh sang dokter. Honey dan Tristan tidak butuh waktu lama, karena ini bukan lah hal yang baru untuk mereka, jadi tidak banyak yang mereka tanyakan karena mereka sedikit-banyak sudah paham. Jadi, sekarang mereka dalam perjalanan pulang.

Honey menatap bingung suaminya, ia tau kalau suaminya itu irit bicara, tapi hari ini sepertinya Tristan belum bicara sama sekali padanya. Hanya respon kecil seperti, iya, hm, oke.

"Mas."

"Hm?"

Tuh kan.

"Aku ada salah?"

"Kenapa sih kamu selalu mulai perdebatan di mobil?"

Itu kalimat panjang pertamanya untuk hari ini dan tidak ada ramah-ramahnya sekali bahkan terkesan menyentak hingga Honey dibuat sedikit terkejut.

"Aku cuma nanya, gak ada yang ajak kamu debat."

"Nanti aja di rumah."

Menghadapi Tristan memang selalu menguji kesabarannya. Akhirnya Honey pun memilih diam sampai mereka tiba di rumah.

"Kamu mau jujur sesuatu ke aku?" Tanya Tristan.

"Soal apa?"

"Kamu merasa nyembunyiin sesuatu lagi gak?"

Honey menyatukan alisnya, ia betulan bingung.

"Bisa to the point aja gak mas?"

"Kartu nama Ezra, kenapa ada di tas kamu?"

Mampus. Honey memaki dirinya sendiri. Jantungnya mulai berpacu lebih kencang sekarang, ia takut Tristan lost-control lagi.

"Kamu bisa janji gak akan marah?"

Tristan menatap Honey tajam, "Jadi apa yang terjadi di balik kartu nama itu sampai menurut kamu, aku bakal marah?"

"Bukan apa-apa, tapi---,"

"Gak usah bertele-tele, jelasin sekarang! Kalo emang gak ada apa-apa, harusnya kamu gak perlu takut aku marah kan?!" Honey memejamkan mata ketika Tristan mulai meninggikan suaranya.

"Kamu bisa gak emosi duluan gak?"

"Kamu yang banyak basa-basi!"

"Oke! Aku ketemu Ezra di Bali, tepat di hari itu, waktu kamu baca diary aku, kita gak sengaja ketemu di jalan, dia lihat aku ada luka, dia bawa aku buat ngobrol sebentar, dan kartu nama itu dia kasih dan dia bilang barangkali aku butuh bantuan aku bisa hubungi dia."

Tristan tertawa remeh, "Gak mungkin! Gak masuk akal kalian bisa gak sengaja ketemu. Kalian pasti janjian kan?!"

"Mas! Aku udah jujur, kalo perlu hubungi Ezranya aja dan tanya langsung."

"Ngapain? Kalian pasti udah janjian buat bikin skenarionya!"

"Terserah mas! Aku capek banget kalo harus berantem lagi cuma karena Ezra. Dia udah bahagia sama hidupnya sendiri, dan harusnya juga aku udah bisa bahagi dengan hidup aku bareng kamu. Tapi nyatanya? Aku belum bisa dapat itu! Aku belum bisa rasain bahagia yang sempurna di pernikahan ini, bahkan di hari pertama kita menikah, kita udah bertengkar, dan masalahnya selalu Ezra sampai sekarang!"

Twist of FateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang