06

91 16 5
                                    

2015

Dearly Ney,

Entah sudah bulan ke berapa aku masuk SMA, dan selama sebulan itu juga aku terus didekati oleh cowok itu. Cowok yang namanya Ezra yang ternyata kelasnya ada di samping kelasku. Aku gak enak sebenarnya karena Jena kan suka sama Ezra. Jena tuh sampai tanya, "Ezra kayaknya suka sama lo deh Han," ucap dia waktu kita lagi ada di kantin sambil memandang Ezra yang sedang berjalan menghampiri meja kami.

"Gue gak tau Jena."

"Ya udah, buat lo aja deh Han. Gue jadi hilang interest kalau dia beneran suka sama lo."

"Eh? Kok gitu? Gak enak gue jadinya."

Si Jena ketawa, "Gak enak kenapa anjir? Dia bukan cowok gue dan bukan lo juga yang suka duluan sama dia. Gue cuma gak mau aja jadiin temen saingan, Han."

Aku cuma diam, gak jawab lagi karena Ezra tiba-tiba udah ada aja di hadapanku.

"Ney, nanti pulang sekolah kosong gak? Temenin nonton yuk!" Aku tuh bingung ya sama dia, beneran gak ada basa-basi banget, selalu to the point dengan maksud dan tujuannya.

"Iya, Honey kosong kok, ajak aja." Itu malah Jena yang jawab.

"Eh? Kan lo mau main ke rumah Jen?" Ini beneran loh, Jena tuh mau main ke rumah, mau nemenin aku yang sendirian di rumah.

"Ya kan karena lo minta temenin, sekalian aja sama Ezra ditemenin."

Aku menyatukan alis, awalnua aku kita Ezra yang main ke rumah, tapi langsung dikoreksi oleh Jena, "Maksudnya dari pada gabut sendiri di rumah mending nonton sama Ezra. Kalau lo udah balik, baru gue ke rumah, nginep, nemenin lo."

Jena tuh baik banget kan? Aku gak pernah punya teman sebaik dia. Temanku sebelumnya terkesan memanfaatkanku aja, dan terkesan aku selalu harus membeli waktu mereka untuk bisa main dengan mereka. Misalnya... aku harus menjanjikan traktiran dulu untuk mereka baru mereka mau nemenin aku. Beda banget sama Jena, dia bahkan inisiatif sendiri untuk nginep dan nemenin aku di rumah.

Oke, balik lagi ya ke Ezra, "Kamu sendirian di rumah?" Tanya Ezra.

"Iya," aku menjawab singkat.

"Bener kata temen kamu, jalan aja sama aku, mau ya?"

Aku masih ragu sebenarnya, masih gak enak sama Jena, tapi si Jena ini malah nyenggol-nyenggol lengan aku, memberi kode untuk terima ajakannya. Jadi akhirnya aku terima deh, "Iya boleh."

"Asik!!! Makasih ya Ney?"
"Oh iya, aku punya bolu, kamu cobain ya?" Aku gak sadar kalau dia sedari tadi pegang kotak bekal. Dia mengeluarkan dua bolu kukus dari kotak bekalnya itu.
"Ini buat temennya Ney juga, eh siapa namanya?"

"Jena," jawab Jena.

"Oke, Jena. Ini buat lo juga."

Aku kira dia emang bicaranya aku-kamu, tapi ternyata cuma sama aku aja.

"Wah, makasih loh Ezra."

Ezra hanya tersenyum merespon Jena sebelum ia menatapku lagi, "Di makan ya Ney."

"Iya, makasih Ezra."

"Kalau enak bilang ya? Nanti aku ajak kamu ketemu langsung sama yang buat bolunya."

"Emang siapa?"

"Bundaku."

Aku hampir aja kesedak air liurku sendiri, begitu juga Jena yang tadi lagi menyedot es jeruknua ikut keselek juga. Sedangkan si pelaku cuma mesem-mesem aja sebelum dia berpamitan, "Ya udah aku pergi dulu ya? Nanti aku jemput di depan kelas kamu, Ney. See you!"

Twist of FateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang