15

84 12 11
                                    

Sudah 3 hari Zaina tidak mendapati kabar apapun dari Gibran yang biasanya menelponnya tiap malam, mengantar dan menjemputnya kuliah, mengajak jalan, bahkan juga kadang makan malam bersama dimasaki oleh Gibran.

Tadinya Zaina tidak mau chat duluan, ia masih gengsi tapi setelah 3 hari tidak ada kabar sepertinya Zaina memang harus melakukannya.

Gibran?

Zaina chat tadi pagi, tapi sampai malam datang, chat-nya Zaina tidak juga dibalas. Dirinya kepikiran takut terjadi sesuatu pada Gibran, apa ia perlu mendatangi apartement-nya atau cukup menelponnya saja?

Pada akhirnya  pilihan Zaina tidak ada pada keduanya, karena Zaina memilih ngopi di luar karena bosan di malam minggu hanya sendiri di apartement, keputusannya ini sangat benar karena Zaina diberi jawaban tentang Gibran ketika ia melihat sepasang cowok-cewek yang mungkin adalah pasangan kekasih sedang bergandengan tangan sembari memasuki kafe yang sama dengan Zaina sambil tertawa-tawa.

Ya. Gibran dengan perempuan lain.

Zaina masih memerhatikannya meski hatinya sudah panas. Sampai pasangan itu memesan lalu duduk, Zaina masih menaruh atensinya pada mereka, sebelum ia muak ketika si Gibran mencium tangan si wanita.

Detik kemudian, Zaina pun bangkit dari duduknya untuk menghampiri pasangan itu.

"Hai, Gibran?" Sapa Zaina.

"N-neya?"

"Pacar baru?" Tanya Zaina melirik pada si wanita yang dibawa Gibran.

"Lo siapa ya?" Tanya wanita itu sambil mendorong bahu Zaina.

"Santai mbak, gue cuma mainannya Gibran doang, kalo gak percaya, tanya aja."

"Dia... mantanku, yang."
"Dia mantanku yang pernah aku ceritain."

Zaina menyatukan alis, ia sudah curiga, cerita apa yang diceritakan Gibran pada kekasih barunya itu tentang dirinya?

"Dia mantan kamu yang kamu bilang murahan itu? Yang maksa-maksa kamu buat perawanin dia?"

Dan Gibran mengangguk.

Zaina menggelengkan kepala. Niat dia menghampiri Gibran itu masih baik ya. Mau meminta penjelasan, apakah cewek itu adalah kekasih barunya, jika iya, ya sudah Zaina juga tidak akan mempersulit untuk melepaskan Gibran. Tapi... tapi kenapa justru dirinya yang direndahkan begini?

"Idih, ngapain sih mbak masih ganggu-ganggu Gibran?" Zaina semakin tidak nyaman ketika kini ia menjadi pusat perhatian, belum lagi tatapan menelanjangi dari cewek barunya Gibran.

Tangan Zaina terkepal, rasanya ia ingin melempar tinju pada dua manusia di depannya ini.

"Sekali bajingan emang bakal terus jadi bajingan ya?" Sungut Zaina pada Gibran.
"Congrats ya mbak, thank you banget udah ambil ini cowok dari hidup gue. Happy selalu deh," ucap Zaina sarkas sebelum meninggalkan tempat itu.

Zaina berjalan keluar dengan mata yang sudah sangat panas karena ia menahan air matanya sejak tadi dan akhirnya ketika ia sudah keluar dari Kafe tadi air mata itu pecah.

Biasanya jika dalam keadaan seperti ini, Zaina pasti menelpon Ezra, tapi kenapa sekarang rasanya jadi sungkan?

***

Hari ini hari minggu, Honey senang bisa ditemani belanja oleh sang suami. Ia yang mendorong troli belanjaan, dengan suaminya yang menggendong Vio. Terlihat seperti keluarga yang hangat bukan? Inilah yang Honey idamkan. Salah satu dari hal-hal kecil yang dilakukan bersama oleh keluarga kecil.

"Mas mau aku masakin apa?"

"Terserah, yang kamu bisa aja."

"Emang mas gak ada pingin makan apa gitu?"

Twist of FateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang