23

69 15 4
                                    

Honey memandang benda bernama test-pack itu dengan tangan gemetar, tatapannya menjadi kosong bersamaan dengan kakinya yang tiba-tiba lemas hingga ia harus terduduk di closet. Perempuan itu menelan air liurnya sendiri, ia terlihat seperti orang linglung yang kehilangan arah.

Garis dua. Mendapatkan hasil itu harusnya membuat Honey senang, tapi kenapa rasanya malah seperti ini? Sejak awal menikah, Honey tidak ada kepikiran akan menunda punya anak, ia tidak masalah jika langsung diberi berkat tersebut, tapi ketika dihadapkan langsung seperti ini, kenapa Honey tiba-tiba merasa tidak yakin?

Sekarang ia merasa ketakutan. Takut sekali. Kilasan tentang kehilangan itu kembali terbayang dibenak Honey. Bagaimana kalau ia harus merasakan kehilangan menyakitkan itu untuk yang kesekian kalinya? Honey rasa tidak akan sanggup.

Honey meraba perutnya yang masih rata, tiba-tiba matanya panas, hingga ia tak kuasa lagi menahan air matanya yang meronta keluar.

"Aku takut gak bisa jaga kamu, aku takut kamu bernasib sama kayak kakak-kakak kamu. Kenapa? Kenapa hadir secepat ini?"

Kriettt.....

Honey menoleh ketika pintu kamar mandi terbuka. Ah, ternyata ia lupa menutup pintu. Tampaklah suaminya yang terkejut mendapati Honey sedang terduduk di closet dengan mata merahnya.

"Kamu ngapain?" Tanya Tristan. Honey memang belum bilang ke Tristan perihal tanda-tanda kehamilan yang ia alami karena memang tidak separah ketika ia hamil Isha yang sampai mual-mual, kali ini Honey hanya sering pusing dan datang bulan yang sudah telat hingga akhirnya ia memutuskan untuk mengeceknya dengan test-pack malam ini sebelum Tristan pulang.

Honey tersenyum tipis, sambil mengusap sisa air matanya.

"Selamat mas, Vio bakal punya adik," ucap Honey mencoba untuk tersenyum.

Tristan menyatukan alisnya, ia mendekat pada Honey dan barulah ia mengerti setelah disodorkan test-pack oleh Honey.

"Ini beneran Han?"

Honey mengangguk. Ia jadi ikut tersenyum ketika melihat Tristan yang tersenyum lebar, tidak pernah Honey lihat senyum Tristan sesumringah ini.

"Iya, mas."

Tristan langsung memeluk Honey lalu berucap, "Terimakasih, Honey."

Honey hanya mengangguk. Ia tidak mau memberitahu perihal perasaannya sekarang karena ia takut merusak kebahagiaan suaminya dan juga senyum terbaik yang pernah Honey lihat dari Tristan.

***

Ezra memencet bel pintu apartment Zaina setelah tadi ketika ia di perjalanan menuju rumah dari pulang kerja cewek itu menelpon dengan suara seraknya, wanita itu bilang, "Mas, mau ketemu," hanya itu, dan Ezra tanpa protes langsung menuruti keinginan kekasihnya itu, dan di sinilah ia sekarang.

Gak butuh waktu lama sampai akhirnya Zaina membuka pintu. Ezra mendapati Zaina rambut Zaina yang berantakan dengan matanya yang basah, membuat Ezra langsung melangkah masuk dan menangkup wajah Zaina, "Lo kenapa? Hm?"

Zaina tidak menjawab, tanpa aba-aba cewek itu hanya bergerak untuk berhambur ke pelukan Ezra, dan detik kemudian terdengar isakan di sana.

Ezra yang masih bingung memilih tidak langsung bertanya, dan hanya membalas pelukan Zaina. Ia sudah punya feeling bahwa terjadi sesuatu pada Zaina ketika wanita itu menelponnya dengan suara serak dan meminta bertemu, itulah kenapa Ezra langsung meluncur kesini dengan perasaan khawatir.

Twist of FateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang