31

57 11 4
                                    

Berkali-kali Tristan mengerjapkan mata kala ia mendapati sebuah notif dari isterinya.

Honey:
Mas, jemput aku di rumah mama

Dengan senyum sumringahnya, Tristan yang dari tadi sedang melamun sambil menghisap batang tembakau yang sebenarnya sudah tidak ia sentuh lagi beberapa tahun terakhir. Pria itu bahkan bolos bekerja, hanya untuk mengisi waktunya dengan bengong dan meratapi penyesalan seperti tadi. Ya... setidaknya ada hasil kan, Honey menghubunginya dan bahkan minta dijemput.

"Bi, nanti minta tolong jemput Vio ya, naik taksi aja, saya mau jemput Honey," ucap Tristan ketika melewati sang ART di rumahnya.

"Alhamdulillah, semoga ibu mau pulang ya pak," ucap si bibi.

"Doain ya bi," jawab Tristan dengan senyum, sebelum ia pergi angkat kaki dari rumah bersama dengan mobilnya.

Jantung Tristan berdegup dengan kencang, ia sangat bersemangat untuk bertemu Honey meski tidak siap juga untuk menghadapi wanita itu. Tristan hanya takut kalau Honey memilih keputusan paling buruk untuk pernikahan mereka yang bahkan usianya masih seumur jagung.

Sampai di sana Tristan diminta menunggu oleh Honey di luar saja karena orangtua Honey juga tidak ada jadi untuk apa masuk? Honey meminta Tristan menjemputnya bukan menerima Tristan sebagai tamu.

Saat menunggu, ponsel Tristan bergetar lagi tanda ada pesan masuk, tapi kali ini dari nomor yang tidak dikenal.

Tristan tetap membukanya, dan betapa terkejut sekaligus menyesalnya ia ketika melihat isi dari pesan itu.

(Foto Honey dan Ezra di pemakaman Isha) di foto itu tampak Honey yang hendak masuk ke dalam mobil Ezra.

Tangan Tristan langsung terkepal setelah ia membanting ponselnya sendiri.

Ceklek

Detik kemudian munculah wanita yang ia tunggu. Honey.

Rasa senang Tristan kini berubah menjadi murka, entah lah kalau itu tentang Ezra, Tristan mudah sekali dikuasai amarahnya sampai kini pria itu langsung menancap gas sangat kencang, bahkan disaat dirinya belum menyapa Honey.

"Mas, bisa pelan sedikit gak sih?" Protes Honey.

"Dari mana aja kamu kemarin Honey?" Tanya Tristan masih berusaha menahan amarahnya.

"Ziarah ke Isha, dia ulangtahun."

"Sama siapa?"

"Sendiri." Tepat setelah jawaban itu Tristan semakin menancapkan gasnya lagi kencang sampai membuat Honey terhuyung karena wanita itu memang belum memakai sabuk pengaman.

"Mas!!! Pelan-pelan!" Pekik Honey.

Tapi Tristan sudah menulikan telinga karena menganggap Honey berbohong lagi padanya.

"Kamu gak akan bisa kembali sama dia Honey."

Honey menyatukan alis, "Kamu ngomong apa sih mas? Gak usah ngaco! Pelanin mobilnya atau kita akan celaka!"

"KAMU YANG NGACO! KAMU!!!!"

Wusshhh....

Rasanya Honey hampir terbang ketika Tristan dengan gila semakin menancap gas tidak peduli kalau mereka kini sudah di jalan raya besar yang ramai dengan kendaraan lain.

"Mas Tristan lampu merah!"  Teriak Honey.

Tristan makin menulikan telinga sampai ia dikejutkan oleh suara mobil tronton barulah Tristan sadar yang kemudian membuatnya langsung membanting stir, hingga.....

Brakkkk....

Mobil Tristan menabrak trotoar jalan.

Akal sehat Tristan baru bekerja setelah benturan keras itu, meski kepalanya pening luar biasa karena terbentur stir, Tristan langsung menoleh untuk memastikan isterinya.

Twist of FateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang