Epilog

165 10 17
                                    

Honey Addara Jelita

"Mama!!!!" Aku langsung berjongkok dan merentangkan tangan ketika mbak Dini (asiten rumah tangga mas Tristan) membukakan pintu untuk aku yang baru aja datang, menyambut Vio yang langsung berseru seraya berhambur ke pelukanku.

"Hai, sayang!" Aku memeluk anak perempuan ini erat, sama eratnya seperti Vio memelukku.

"Aku kangen mama!"

"Mama kangen Vio juga," balasku sebelum mencium pipi gembulnya itu.
"Papa ada di rumah?" Tanyaku.

"Ada."

"Bapak lagi di kamarnya, bu," sambar mbak Dini yang masih berdiri di sekitar aku dan Vio. Akupun tersenyum.
"Silakan masuk, bu," aku tersenyum saat mbak Dini mempersilakanku masuk.

Ini kali pertama aku menginjakan kakiku di rumah ini lagi setelah semua prahara rumah tanggaku terjadi.

"Mau saya panggilin bapak atau ibu aja yang mau ke kamar langsung?"

"Nanti saya ke kamar aja bi."

Sekarang aku beralih kembali pada Vio, "Vio tunggu di sini dulu ya, mama mau bicara sama papa."

"Iya Ma."

Aku pun berjalan menuju kamar kami, eh... betul masih kamar kami kan?

Di sana aku melihat mas Tristan yang sudah rapih entah mau kemana dan kebetulan ia hendak keluar dari kamar tapi langsung berpapasan denganku yang langsung membuat raut wajahnya sangat terkejut.

"Han, kamu kok ke sini gak bilang?" Tanya mas Tristan.

"Ada yang mau aku omongin."

Wajah terkejutnya kini berganti menjadi lebih gugup, "Soal a-apa Han?"

"Boleh kamu jelasin kenapa kamu pergi ke psikolog mas?"

Mas Tristan menyatukan alisnya, seperti memikirkan sesuatu, lalu berdecak kesal sambil berkacak pinggang, "Wah dia bener-bener cowok ember ya!"

"Mas Ezra maksud kamu?"

"Siapa lagi? Yang kasih tau soal itu, dia kan?"

"Mas Ezra cuma bantu aku tau tentang sesuatu yang hampir aja aku lewatin sebelum kita betulan bercerai atau nggak. Aku mau tau dulu semuanya, baru abis itu aku bisa memutuskan soal kita."

Mas Tristan menggeleng, "Han... soal itu gak penting. Semuanya gak merubah fakta bahwa aku udah banyak menyakiti kamu."

"Emang iya, tapi aku mau tau dulu! Semua yang ada di belakang gak bisa di ubah lagi, tapi masa depan masih bisa, mas!"

Mas Tristan cuma diam dan menunduk.

"Mending penjelasan itu keluar dari mulut kamu atau mas Ezra, mas?"

Pria di depanku ini tampak berpikir sebelum akhirnya menghela napas berat dan bicara, "Oke... aku kasih tau kamu."

Dan akhirnya semua itu keluar dari mulut mas Tristan dimana dia harus mendapatkan terapi tentang tempramen-nya yang diakibatkan oleh sebuah trauma. Trauma dikhianati, dan trauma ditinggal pergi. Mas Tristan pernah diselingkuhi oleh mendiang isterinya sebelum akhirnya pergi meninggalkan dirinya dan Vio untuk selamanya.

"Ternyata aku masih seburuk ini Han, lagi-lagi aku gak bisa membahagiakan orang yang aku cintai, dan itu kenapa dia (mendiang isteri mas Tristan)... dan kamu melihat ke oranglain, karena banyak yang gak bisa aku penuhi untuk dia... dan kamu. Bukannya sadar diri, aku malah ketakutan, takut kamu melakukan hal yang sama kayak dia, yang akhirnya membuat aku lupa diri dan malah menyakiti kamu lebih banyak. Jadi bukannya lebih baik kalau aku lepasin kamu? Kamu berhak bahagia Han, kamu berhak dapatin sosok yang jauh lebih baik dari aku. Ezra membuat standar kamu terlalu tinggi, dan aku gak bisa mencapai itu, aku gak bisa seperti dia, aku minta maaf."

Twist of FateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang