Pak Darmawan selalu menyalahkan putri kecilnya atas kematian sang istri.
Jika istrinya tidak keras kepala ingin memberinya keturunan pasti beliau tidak akan kehilangan wanita yang dicintai.
Itulah yang mengakibatkan pak Darmawan sangat benci akan anak kandungnya sendiri merasa gara-gara putrinya istri yang sangat dicintai pergi meninggalkannya.
Sedangkan bu Fani sendiri merupakan sahabat dari almarhumah, sebelum meninggal almarhumah berpesan agar menjaga putri dan suaminya karena tahu suaminya pasti akan sangat rapuh atas kepergiannya.
Almarhumah menderita sakit langka di mana tubuhnya alergi hamil sudah diwanti-wanti dokter agar jangan melakukan pembuahan sangat berisiko akan kesehatannya dan bahkan bisa lebih fatal lagi nyawa si ibu menjadi taruhannya.
Pak Darmawan sama sekali tidak menuntut anak, hidup bersama istrinya sudah merupakan anugerah terbesar.
Namun, hati nurani keibuannya membutakan istri beliau ingin sekali merasakan menjadi seorang ibu meski hanya sekejap tanpa memikirkan bagaimana nanti hati suaminya jika ia pergi.
Seandainnya dia diberi kesempatan maka tugasnya selesai jika ia sudah memberinya satu saja keturunan untuk suaminya dan mimpi yang lama dipendam akan menjadi nyata.
Tanpa sepengetahuan pak Darmawan almarhumah tidak lagi meminum pil kontrasepsi sampai ia benar-benar dinyatakan hamil.
Tiga bulan akhirnya impiannya terwujud banding terbalik dengan suaminya yang ada hanya ketakutan dan kecemasan.
Mimpi buruk menghampiri mereka tubuh kurus lemah mulai terlihat tubuhnya menolak segala minuman dan makanan.
Dokter menyarankan agar tidak menyelamatkan bayi akan berdampak buruk pada kesehatan si ibu tapi istri tetap kekeh ingin mempertahankan dan meminta untuk memilih anak mereka jika ada kemungkinan terburuk.
Pak Darmawan menggeleng, istri terus memaksa agar beliau mau berjanji.
Karena terus-terusan didesak janji tak pasti akhirnya keluar senyum lebar bahagia terukir di wajah kurusnya.
Hamil dengan usia kandungan dua bulan dia sudah diharuskan standby di rumah sakit untuk memantau terus kesehatannya.
Dan tibalah waktu yang ditakutkan tubuhnya tidak lagi bertahan dokter meminta agar memilih salah satu dari mereka.
Awalnya suaminya memilih mengingkari janji tapi tangan si istri yang sudah dari semalam tidak sadarkan diri meremas kuat telapak tangan beliau sampai terasa sakit.
Terlihat pula di sana air mata menetes di pelupuk mata ibu hamil tersebut yang terus memejamkan mata membuat hati pak Darmawan semakin perih. Dengan terpaksa dan berat hati dia menepati janji.
Ibunya Fanya dalam tidur selalu berharap diizinkan untuk bisa melihat putrinya sebentar saja sebelum pergi.
Doanya terkabul tiga jam sebelum operasi beliau sadar terlihat jauh lebih sehat bahagia meski masih hanya bisa berbaring saja.
Banyak saudara yang datang silih berganti termasuk sahabatnya bu Fani.
Dipegang tangan sahabat di hadapan suami meminta jikalau beliau tidak bisa diselamatkan beliau berharap temannya tersebut sudi merawat putri kecilnya seperti buah hatinya sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jodoh Pengganti END ✅
Teen FictionSalsabila, gadis berwajah ayu harus menggantikan kakak tirinya dijodohkan dengan pria pilihan orang tua. Dan tanpa diduga lelaki yang akan dijodohkan dengannya tak lain tidak bukan adalah sahabat karibnya sendiri. Akankah keduanya menerima perjodoha...