Akhirnya.

136 3 0
                                    

"Tapi, kalau Fanya lebih suka baju seperti ini nanti Kita belanja yang banyak ya? Mas suka."

"Deg," Fanya cukup terkejut mendengar ucapan terakhir kakak tirinya "Mas suka,?" kenapa terdengar agak gimana saat pria di sampingnya berkata begitu? Apa mungkin gara-gara rasa ini.

Fanya menunduk kembali tersadar dia siapa, tidak mungkin. Harusnya sudah dari dulu ia buang rasa ini meski sulit apalagi setelah kejadian... pasti yang ada hanya kebencian di hati orang yang dicintai dalam diam.

Tidak mau lagi berpikir yang membuatnya terbang sampai lupa daratan lantas diambil baju baru miliknya pemberian ibu tadi untuk minta izin di bawa pulang.

Fanya menunduk berjalan lebih dulu ke orang yang banyak jasa selama ini setelah memutuskan pergi dari rumah.

"Bu, Saya izin membawa baju yang dibelikan ibu."

"Iya Nak, ambil! Itu Ibu belikan buat Kamu. Kalau ada waktu ke sini ya?."

Lelaki di belakang senyum-senyum tidak jelas melihat ke arahnya membuatnya merasa kikuk diperhatikan berhenti mendadak sampai kakak tiri tidak sempat mengerem kaki, menabraklah dia.

"Eh nabrak..," katanya terus cengengesan.

"Mas Aris tunggu di sini saja, Aku mau ganti baju!."

"Oh gitu. Iya, jangan lama-lama!."

Fanya mengerutkan kening melihat tingkah aneh abang satunya ini. Apa yang sedang terjadi dengan kakaknya? Kok agak jadi risih-risih gimana. Harusnya dia suka eh tapi kok lama-lama agak gelay.

Bibir Aris tidak hentinya mekar seakan lupa menarik kembali ke bentuk semula hingga Fanya habis dilahap kamar.

Adiknya risih ditatap terus menerus seperti itu setelah pamit dan adegan pel*uk perpisahan lantas cepat-cepat ke luar rumah menuju mobil, tidak tahan dengan situasi canggung seperti ini.

"Masak ini adiknya Mas? Cantik banget" puji Aris tanpa aling-aling seraya menunduk ke bawah mencari mata Fanya.

Rasa yang lama dipendam jatuh seketika dipuji lelaki pujaan membuatnya cepat-cepat memalingkan muka masuk ke dalam mobil.

Sekali lagi hati dibuatnya terbang tanpa sadar diri tapi ada rasa-rasa anehnya. Ah tidak tahu ah, bingung dengan situasi seperti ini. Tidak biasa.

Adiknya yang tidak kunjung membetulkan sabuk pengaman hanya memainkan ujung jilbab persegi empatnya berinisiatif membantu memasangkan tapi Fanya yang sadar dia mendekat menatap sekilas lalu lekas memasang sabuk pengamannya sendiri.

"Eh bisa sendiri ya? Mas kira butuh bantuan" bela dirinya dengan bibir tak berhenti mengulas senyum.

Kakaknya Salsa bersiul ria dengan mata sesekali melirik ke samping tersenyum lagi. Entah mungkin hatinya lagi bahagia.

Sedangkan, Fanya sibuk sendiri dengan pikiran yang mulai kalut tidak tahu sesudah ini akan bagaimana dan harus tinggal di mana seraya menatap rintihan hujan di luar.

Air mata yang lama tidak keluar kini kembali menetes setelah ia berusaha mati-matian berdamai dengan keadaan, Kakak lelakinya sama sekali tidak menyadari itu.

Jodoh Pengganti END ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang