Selesai makan mereka tidak langsung pulang menanti suara merdu muazin mengumandangkan azan salat magrib.
Menjalankan kewajiban lebih dulu di musala yang disediakan pihak restoran barulah setelah itu keduanya melanjutkan kembali menghabiskan waktu berdua.
Mereka hanya mengelilingi kota tidak tentu arah jika ada yang membuat istrinya tertarik akan berhenti membeli sesuatu atau hanya sekedar beristirahat.
Keduanya sudah banyak sekali memborong beberapa makanan pinggir jalan untuk dibawanya ke hotel tempat mereka menginap.
Sesekali Salsa menengok gawai yang sepi tidak ada sama sekali pesan dari ibu maupun saudaranya yang lain.
Diletakkan asal kembali gawai tersebut di dekat beberapa makanan yang tadi dibelinya sebelum meraih selimut untuk mengurangi rasa dingin dari embusan angin yang menyerang.
"Sa, kapan-kapan Kita ajak semua liburan gimana?."
"Ke mana?," Tanyanya mendongak dengan wajah menahan mual yang barusan muncul.
"Terserah, Kamu mau ke mana?."
"Kalau ke pantai gimana? Kita lama tidak ke pantai, tapi kayaknya nunggu Azka agak gedean dikit," sarannya dengan intonasi lambat. Perut terasa diaduk-aduk, tambah menjadi-jadi saat dibuat berbicara.
"Masih lama dong," tawa Faiz pecah.
"Dalam waktu dekat ini, Sa."
"Ya gimana, masak mbak Fanya ditinggal?," sergah Salsa yang mulai duduk tidak tenang.
Didongakkan wajah Salsa agar bisa menatap langsung mata wanitanya meminta pendapat.
"Gimana, kalau Kita dulu saja, ke mana gitu. Kamu mau ke mana?."
Bukannya mendapat jawaban yang ada wajah istrinya berkeringat pucat seperti "kenapa, Sa? Kenapa kayak gitu? Mau pingsan lagi?."
"Kan, tarik nafas lagi.."
"Sa! Kenapa?."
Faiz kaget ternyata bukan pingsan melainkan berusaha kabur mendorong lengan berlari meninggalkannya sendiri di balkon.
Khawatir terjadi apa-apa lantas diikuti istrinya yang terus mengeluarkan semua makanan ke klo*set hingga badannya bergetar.
"Sa, Kamu gak papa? Kamu hamil?."
Terpaksa malam itu juga Faiz memboyong lagi istri kembali ke rumah mertua setelah kejadian yang tidak diinginkan terjadi gagal menghabiskan malam romantis.
Ia memesan taxi online untuk membawa mereka pulang tidak mungkin berkendara lagi naik motor dengan kondisi Salsa seperti ini.
Masalah motor kesayangan gampang biar besok Ali yang mengurus, pasti pria itu bisa diandalkan tanpa harus didekte terlebih dulu.
Padahal ia sudah berusaha membaluri seluruh badan dengan minyak tapi tetap saja angin tidak kunjung pulang, pijat pun sudah. Apalagi minum obat.
Ia diminta untuk mengerok punggung menggunakan koin tapi inilah kelemahan Faiz, sama sekali tidak bisa.
"Lo, Sa? Katanya mau pulang sampai pagi ini baru jam berapa sudah pulang," pak Hamdi yang membukakan pintu kaget putrinya yang tadi pamit mau jalan berdua sama menantu sudah nongol saja di depan pintu.
"Salsa masuk angin, Yah."
Tawa Aris di depan televisi menggelegar mendengar pengakuan ipar sampai tepukan istri melayang di paha padahal Dara sendiri juga tidak bisa mengerem tawanya yang pelan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jodoh Pengganti END ✅
Roman pour AdolescentsSalsabila, gadis berwajah ayu harus menggantikan kakak tirinya dijodohkan dengan pria pilihan orang tua. Dan tanpa diduga lelaki yang akan dijodohkan dengannya tak lain tidak bukan adalah sahabat karibnya sendiri. Akankah keduanya menerima perjodoha...