Alasan Faiz Mendua.

174 1 0
                                    

"Salsa!."

"Mas Aris" tangisnya mengadu ke kakak lelakinya.

Ditabrak bahu kanan Faiz tidak peduli ia berlari langsung membopong adiknya yang terlihat kesakitan dengan memegangi perut besarnya ke luar rumah.

Fakhri sigap lari masuk ke rumah mengambil kunci mobil dan segera menyusul kakak dari iparnya ke luar rumah mendahului lalu membuka pintu belakang mobil lebar-lebar.

"Ris!" panggilnya agar segera masuk ke mobilnya.

Salsa dibaringkan di kursi belakang lalu pria itu berlari memutari mobil menuju kursi pengemudi.

Salsa terus meringis memegangi perut dan tangan kanannya me*remas lengan kaos abangnya menahan sakit di hati dan kandungan.

"Tahan, Sa! Iya, Mas di sini. Kita ke rumah sakit sekarang."

Diusa*p-usap lengan Salsa panik takut terjadi sesuatu pada adik serta keponakan yang ada di dalam rahim.

"Sa, Salsa?."

Rem*asan tangan semakin melemah begitu pula tubuh adiknya yang kaku menahan sakit mulai lemas.

"Ada apa, Ris?" tanya Fakhri tak kalah cemas.

Dilirik iparnya dari kaca spion tengah, tampak di belakang sana Salsa tidak lagi terlihat kesakitan.

Putra sulung pak Hamdi bernafas lega masih ada pergerakan di tubuh Salsa meski lemah setelah tangan meraba punggung adiknya.

"Cepat, Mas! Salsa pingsan."

"Iya ya."

Semakin paniklah mereka berdua dibuatnya, akhirnya Salsa bisa beristirahat sebentar akan rasa sakit yang dirasa.

Sesampai di rumah sakit mobil yang ditumpanginya tetap dijalankan sampai di depan UGD dan langsung dengan cekatan Aris membopong adiknya kembali setelah pintu di sampingnya dibukakan.

Para pengunjung rumah sakit yang melihat tubuh terbaring lemas di atas gendongan sang kakak sigap membantu membukakan pintu UGD lebar-lebar memudahkan kakaknya berjalan cepat menemui tenaga medis yang ada di situ.

Begitu pula suster maupun dokter yang berjaga langsung siap siaga memberi pertolongan dan meminta kedua abang lelaki Salsa untuk menunggu di luar tirai yang tertutup.

Ditarik tangan Aris mengajaknya duduk di ruang tunggu yang disediakan dan tak berselang lama akhirnya mereka dipanggil diperintahkan untuk segera mengurus administrasi terlebih dulu.

Wajah tertunduk memegangi kepala tidak tahan melihat adiknya tidak sadarkan diri seperti itu merasa gagal melindungi adik perempuan satu-satunya.

Setelah selesai mengurus administrasi Fakhri duduk kembali di tempatnya semula mencoba menenangkan pria di sampingnya dengan cara mengelus punggung.

Selang beberapa menit telinga mereka seperti mendengar suara orang yang tidak asing ditelinga.

Saat menoleh didapati pak Hamdi tergeletak di brankar tak berdaya seraya memegang dadanya yang terasa nyeri.

Jodoh Pengganti END ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang