Darah.

68 2 0
                                    

“Mbak Fanya?,” teriak Salsa pelan kaget tersenyum bahagia.

Sekali lagi Fanya mengisyaratkan diam. Dia mengelilingi rumah dengan sangat hati-hati untuk mencari celah.

Tidak ada celah sama sekali, dia tahu wanita paruh baya itu hanya bekerja sama dengan satu orang saja di sini.

Jendela-jendela semua pakai teralis besi. Jalan keluar hanya dua, jendela kaca di gudang tempat Salsa dise*kap sama dapur.

Dia harus mengunci semua akses keluar agar mereka tidak bisa keluar dengan mudah setidaknya menghambat pengejaran ketiganya jika berhasil kabur.

Fanya tersenyum curang memulai aksinya, di belakang di tempat pembuangan sampah ada tumpukan pecahan kaca maupun piring.

Diambil pecahan kaca yang berujung lancip setelah membungkus tangan kanan dengan kain lusuh yang didapat dari tempat sampah untuk mengempiskan semua roda empat milik penjahat agar nanti mereka tidak bisa mengejar.

Kembali lagi ke tempatnya semula menyusun berdiri serpihan kaca sisa dengan cara memendam sebagian.

Setelah selesai, melanjutkan misi menahan pintu dengan cara mengganjal ganggang pintu menggunakan kayu dan patahan genting ditaruhnya di antara sela-sela pintu dan lantai.

Semoga usaha membuahkan hasil, dia langsung berlari ke samping gudang lagi menemui adiknya.

Sebelum menyelesaikan strategi penyelamatan Fanya sudah mengkode Salsa agar menaruh sebanyak-banyaknya barang di belakang pintu.

“Mundur, Sa!.”

Dihantam kaca dengan batu besar sekuat tenaga hingga menghasilkan bunyi yang memekikkan telinga.

Ibu satu anak tersebut dengan sigap menangkap keponakan sebelum membantu adiknya turun dari jendela.

“Sebentar, Sa!.”

Dipecahkan sekalian kaca yang masih menempel kayu untuk mempermudah adiknya memanjat jendela mengurangi risiko tergores pecahan kaca.

Hanya goresan kecil di telapak tangan tanpa disadari Salsa karena kepanikan sudah menguasai semua.

Dengan cepat mereka berlari menuju mobil “Ayo, Sa! Cepat, Sa! Sedikit lagi, di belokan sana!.’

“Haish, kenapa jadi jauh betul Aku parkir mobilnya?.”

Kedua penjahat yang mendengar keributan langsung berlari ke gudang. Benar yang ditakutkan, tawanan mereka kabur pintu juga tidak bisa dibuka hanya bisa terbuka sangat sedikit.

Lari lagi ke depan, sama saja ganggang pintu tidak mau bergerak turun.

Dengan amarah yang membludak tidak mau dipenjara sia-sia ditendang keras pintu itu berkali-kali.

“Hentikan! Di belakang ada jendela!,” teriak mantan ibu tiri Fanya.

Keduanya berlari panik ke arah dapur mengejar, hanya karena dunia mereka menghalalkan segala cara untuk mendapatkan keinginannya.

Setelah berhasil memecahkan kaca seperti yang dilakukan Fanya pria itu langsung loncat tidak sabar dan berakhir naas.

Kedua kaki berlumuran darah teriak kesakitan “cepat naik di tubuhku! Jangan sampai mereka lolos, Aku gak mau dipenjara!.”

“Kalau perlu selesaikan dia!,” Perintahnya sembari menyerahkan pi*sau lipat yang ada di dalam tas serimpangnya.

Mata awas melihat mantan anak tiri dan adiknya berlari menuju mobil langsung dikejarnya lewat jalan pintas.

Jodoh Pengganti END ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang