Mereka berdua tinggal di ruko lantai tiga milik Faiz, tepatnya lantai paling atas.
Sedangkan, lantai satu dan dua diperuntukkan untuk para tamu pengunjung kafe.
Selama ini Faiz tidak mengizinkan siapa pun naik ke lantai paling atas selain dirinya.
Dilantai atas hanya ada empat ruang. Satu kamar tidur lumayan luas, kamar mandi, dapur dan ruang televisi yang cukup untuk mereka berdua menghabiskan hari.
Kala rasa bosan menyerang setelah menyelesaikan semua tugasnya sebagai ibu rumah tangga, Salsa lebih memilih turun ke bawah ikut membantu suaminya melayani pembeli.
Hari Kamis ini mereka berdua kedatangan tamu dari pihak keluarga Salsa yang tak lain kakak serta ipar laki-lakinya datang berkunjung ke kafe mereka.
Dengan sigap Salsa melayani, menawari kakaknya makanan dan minuman yang ada di daftar menu.
Alih-alih pertanyaan yang diajukan dijawab justru yang didapat hanya hinaan di depan banyaknya para pengunjung.
Yang di mana mereka kebanyakan para mahasiswa kampus sebelah tempat kuliahnya dulu.
"Kamu juga kerja di sini? Kasihan" tanya Fanya congkak seraya melipat tangan di depan dada.
Tapi seperti biasa, Salsa sama sekali tidak ambil pusing. Dia meminta kedua kakaknya menunggu sebentar untuk diambilkan jamuan yang akan disajikan.
Dibisiki suaminya jika kakaknya berkunjung, Faiz yang paham membulatkan jempol dan telunjuk dan segera memasakkan hidangan spesial untuk saudara istrinya.
Dua porsi menu andalan makanan berat dan juga minuman, tidak lupa es krim sebagai pencuci mulut.
"Dari mana, Mbak?."
"Dari rumah. Kamu tinggal di mana? Tidak mungkinkan tinggal di rumah bosnya mertuamu."
"Kalungmu dari mana? Ayah?," Tanya Fanya kembali, tanpa sengaja mata menangkap liontin yang melingkar di leher adik tiri.
"Ibunya Faiz yang memberikan," jujur Salsa tersenyum ramah seraya memasukkan kembali kalung miliknya ke dalam baju.
"Iya Mbak, Kita sekarang tinggal di sini. Insya Allah nanti malam Kita mau main ke rumah," basa basinya mengalihkan perhatian kakaknya dari kalung pemberian mertua.
Begitulah Salsa, meski kakaknya selalu berbuat tidak baik tapi ia tetap menghormati dan berbicara lembut selayaknya hormatnya adik ke kakak.
Ini semua hasil didikan dari pak Hamdi, meminta putra putrinya agar selalu menghormati kepada yang lebih tua entah bagaimana pun sifat dan perlakuannya kepada Kita.
Jangan sampai kita menyisihkan rasa hormat kita hanya karena tidak menyukai orang tersebut.
Boleh membenci tapi cukup sifatnya jangan orangnya, apalagi sampai membalas dengan perlakukan sama buruknya.
Dan, tanpa disadari basa-basinya tersebut telah mengundang bencana baginya dan semua orang.
"Bisa ditebak. Faiz mana punya rumah untuk menampungmu," cercanya lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jodoh Pengganti END ✅
Fiksi RemajaSalsabila, gadis berwajah ayu harus menggantikan kakak tirinya dijodohkan dengan pria pilihan orang tua. Dan tanpa diduga lelaki yang akan dijodohkan dengannya tak lain tidak bukan adalah sahabat karibnya sendiri. Akankah keduanya menerima perjodoha...