Keinginan Dara.

63 1 0
                                    

“Apa ini, Dek?.”

“Undangan rapat wali murid, Dara mau ujian nasional.”

“Hah, undangan wali murid?.”

Aris garuk-garuk lagi belakang telinganya, lucu gak sih menghadiri undangan wali murid. Di mana murid itu istrinya sendiri bukan anaknya. Risiko menikahi anak sekolah. Nanti diketawain gak ya? Sampai ketahuan Faiz sama dua bocil abstrak bisa-bisa dia diledek habis-habisan.

“Abah sama Umi tidak bisa hadir, karena sama hari itu di madrasah ini juga akan diadakan rapat wali murid. Neng Hana gak mungkin datang, kak Alex sudah kebanyakan cuti.”

“Iya, nanti Kita berangkat sama-sama. Mulai sekarang dek Dara kalau berangkat sekolah mas Aris yang mengantar. Kapan dek Dara mulai sekolah?,”

Iya, Dara tidak sekolah di madrasah yang didirikan ayahnya. Ia ingin sekali mengenyam pendidikan Aliyah di sekolah lain karena tidak ada jurusan yang ia inginkan.

Sekitar jam sembilan, abah yai Jamal sekeluarga mengantar putri ke rumah mertua.

Di sana semua keluarga sudah pulang, yang tersisa hanya kakeknya Aris yang sudah sepuh, ayah dari pak Hamdi.

Semua keluarga lain memutuskan langsung pulang karena memang di rumah pengantin laki-laki tidak diadakan acara.

Sesuai kesepakatan bersama acara hanya dilakukan di kediaman mertua Aris.

Cukup acara di keluarga Abah yang besar-besaran acaranya dijadikan satu, biaya yang seharusnya untuk acara di rumah pak Hamdi semua sudah diserahkan ke Abah untuk dikelola.

Keluarga besan disambut hangat hingga abah Yai sekeluarga pamit pulang menyisakan Dara, keluarga baru mereka.

Aris menemani istri belianya duduk di ruang tamu sendiri karena keluarga masih sibuk membersihkan belakang bekas hidangan yang disajikan.

Dara awalnya ingin membantu tapi oleh kedua ipar perempuan dilarang meminta untuk istirahat saja, pasti capek seharian menjadi ratu sehari seperti yang dirasakan mereka dulu.

“Em... Dara ingin melanjutkan sekolah apa boleh?.”

Aris tersikap tiba-tiba ditatap berharap oleh wanitanya, cepat-cepat ia mengontrol perasaannya di hati. Entah rasanya kok aneh begini.

Satu kata terucap di hati “cantik.”

“Dara mau melanjutkan sekolah?,” tanya Aris mengulang basa-basi mencoba mendekatkan diri.

Istrinya mengangguk dalam tunduknya “boleh?.”

Aris terpental ke belakang setelah mata lentik mencoba merayu menatapnya lagi.

“Kalau Dara masih ingin sekolah, kenapa Dara menerima pinangan Mas?.”

“Eh, maksudnya Mas. Dara boleh melanjutkan sekolah, Mas Aris hanya penasaran saja,” ralatnya setelah melihat kekecewaan di mata istri.

“Kalau boleh tahu, kenapa Dara mau mas Aris nikahi?.”

“Karena ganteng, baik.”

Jodoh Pengganti END ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang