Hati Yang Terbakar.

368 12 0
                                    

"Sal..."

Gadis itu mendongak ke arah suara begitu pula Faiz yang tengah menyeruput mi yang berada di depannya.

"Mbak Fanya? Kok Kalian...?" tanyanya kaget langsung berdiri.

Mendapati sang kakak dengan pacar jalan berdua apalagi hubungan keduanya sedang merenggang tidak baik-baik saja.

"Sa, mulai saat ini Kita putus."

"Setelah ini Aku akan melamar Fanya. Tolong Kamu mengerti Aku tidak bisa melanjutkan hubungan ini."

"Sejak kapan?" Tanya Salsa menahan sesak.

Meski ia tahu pacarnya pasti punya yang baru sehingga menghindar selama ini, dia juga sudah menerima pinangan sahabatnya. Lambat laun hubungan mereka juga akan berakhir.

Namun, tetap saja terasa menyakitkan tapi kenapa harus kakak perempuannya?.

"Kita sudah empat bulan pacaran jadi jangan ganggu lagi Bima" peringat Fanya dengan muka datar ke adik tiri.

"Tenang saja, Kalian jangan khawatir Saya pastikan Salsa tidak akan mengganggu hubungan Kalian lagi."

"Sepertinya Kita akan bertemu di pelaminan" lanjut Faiz tersenyum miring lalu melangkah berdiri di dekat Salsa.

Ini yang tidak disuka Bima di mana ada kekasihnya pasti ada dia apalagi ketika sama-sama berdiri ia merasa kecil di hadapan Faiz.

Di mana sahabat pacarnya itu memiliki tubuh bongsor tidak sebanding dengannya yang mempunya tinggi hampir sama dengan Salsa kulitnya pun jauh kalah putih.

"Maksud Kamu?."

Bima terkejut mendengar penuturan lelaki yang sering membuatnya cemburu meski tahu keduanya hanya sebatas teman tidak lebih.

Bukan hanya itu alasan dia tega menghianati banyak lagi faktor penyebabnya semua itu tidak lepas dari pacarnya sekarang.

"Jadi Dia yang ayah jodohkan buat Kamu? Seorang pelayan? Bagus deh Kalian sangat serasi."

Semua keluarga inti Salsa hadir saat pertemuan kala itu terkecuali kakak sambungnya tidak bisa ikut menyambut keluarga Faiz karena ada janji dengan dosen pembimbing.

"Terima kasih" tutur Faiz, sahabatnya tidak henti meneteskan air mata.

Tangan Salsa dicekal kuat Bima terbakar api cemburu hingga mantannya itu merintih kesakitan.

Sahabatnya tidak terima langsung mencengkeram kerah Bima marah.

"Diam Kamu, lepas!."

Faiz langsung melepas dan angkat tangan tersenyum mengejek puas sekali melihat emosi pria yang sudah berani menyakiti teman wanitanya.

"Jadi benar dugaanku, Kamu selingkuh main belakang di belakangku sama Dia? Jawab Salsa jawab!."

Hatinya sakit tidak menyangka Fanya yang sudah dianggap kakak sendiri tega merebut kekasihnya.

Entah kenapa Kakak sambungnya sampai sekarang belum bisa menerima keberadaan keluarganya.

Padahal ayah dan kakaknya sama sekali tidak pernah membedakan keduanya.

"Bim!" panggil Fanya saat pacar barunya berjalan keluar cepat.

Merasakan rasa cemburu yang amat sangat.

Melihat mantan kekasihnya berdekatan dengan pria itu saja hatinya sudah terbakar.

Salsa masih menunggu di motor vespa yang terparkir dengan mata terus menatap sedih kepergian Bima bersama kakak perempuan.

"Sudah jangan menangis, ayo naik!."

Pria itu menghirup nafas panjang lalu dikeluarkan.

Semoga ini yang terakhir teman wanitanya menangis karena pria terutama sesudah mereka menikah.

"Eh tunggu Mas, Mbaknya tadi belum bayar!" Cegah pemilik warung hafal siapa biasanya yang membayar.

Senyum Faiz tersirat untuk pertama kali uangnya akhirnya keluar juga untuk sahabatnya.

Dikeluarkan dua lembar uang merah dari dompet diberikan ke pak-pak tersebut.

"Kebanyakan ini Mas, kayak gak tahu harganya saja. Nih!."

"Memang sengaja Mang, Saya lagi bahagia sisanya untuk Mamang."

"Pertama nraktir. Ssst...!" bisik Faiz seraya memberi kode agar belakang biar tetap tidak menyadari.

"Ada-ada saja!."

Beliau tidak membantah tetap menerima uang itu dan meminta istrinya agar mencatat kembalian pelanggannya untuk nanti kalau mereka berdua makan di sini lagi.

"Ayo masuk, kenapa Dia?."

Aris kebingungan melihat wajah adiknya yang bengkak terlalu lama menangis.

"Mas, Saya langsung pulang saja."

Disusul adiknya masuk ke dalam kamar, entah kenapa lagi itu adiknya menangis.

Ditanya sama sekali tidak mau mengeluarkan suara hanya gelengan dan gelengan.

Sejak kejadian itu putra pak Hamdi menyadari perubahan sikap adiknya yang tidak seperti biasa.

Kalau masalah Fanya ia sudah paham betul tapi adik satunya? Tumben-tumbenan sama sekali tidak menegur putri ibunya.

***
Benar apa yang dikatakan kakak perempuannya Bima datang bersama keluarga untuk melamar putri dari tuan rumah ini bukan si Ragil melainkan sang kakak.

Namun, saat ini hatinya sudah lebih sedikit terbuka dan mencoba ikhlas dengan takdir yang telah digariskan [sahabat menjadi suami, pacar jadi ipar jangan sampai pula saudara menjadi lawan].

Mata Bima melirik-lirik ke arah dalam rumah mengintip Salsa dari sela-sela gorden sedang duduk di sofa memainkan ponsel.

Tanpa sengaja tatapan mereka bertemu saat Salsa berniat hendak kembali ke dalam kamar.

Dahi putri pak Hamdi mengerut dipandangi seperti itu sebelum membiarkannya tidak peduli, dia bukan lagi siapa-siapa.

Senggolan paman di lengan membuyarkan lamunan yang berkelana ke mana-mana.

Dia kembali menunduk Menyalahkan Salsa atas kandasnya hubungan mereka.

Tidak rela rasanya jika pujaan hati dimiliki pria lain apalagi si pria itu adalah Faiz.

Seumur hidup harus melihat keduanya di depan mata tanpa memedulikan hatinya yang terluka. Akankah ia sanggup?.

Jodoh Pengganti END ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang