Prolog

124K 2.4K 21
                                    

GRUP KERJA KELOMPOK 5

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

GRUP KERJA KELOMPOK 5


Sean: Gue dijodohin anjg banget

Galen: Serius? Cantik gak?

Ryo: Jangan lupa link woy 🌚

Ervan: (2)

Galen: (3)

Raden: (4)

Sean: Bngst punya temen gak guna

Lelaki dengan tato dilengan itu membanting hpnya dengan kasar, ia kembali merebahkan tubuhnya dikasur dan mendesah gusar saat teringat kembali percakapan antara ia, kedua orangtuanya serta gadis yang akan menikah dengannya.

4 jam yang lalu...


Untungnya, semenjak memasuki semester 3, jadwal kuliah Sean lebih banyak sore hingga malam. Lelaki bertato itu masih menelungkupkan tubuhnya di atas kasur, padahal matahari sudah begitu terik di luar sana.

Tiba-tiba saja terdengar suara ketukan pintu dan teriakan sang ibu, memintanya untuk cepat bangun dan bersiap.

Sean hanya menggeliat kecil, ia bergumam untuk tidak membangunkannya lebih cepat.

Leliana yang merasa anaknya masih tidur langsung masuk kekamarnya, membuka gorden, dan membangunkan Sean dengan suara keras.

"Sean, cepet bangun! Di bawah ada tamu, cepet siap-siap. Dalam 10 menit gak siap mama potong uang jajan kamu," ucap sang ibu mutlak, setelah mengatakan itu Leliana pergi meninggalkan kamar Sean.

Sean yang mendengar itu langsung bersiap meskipun harus menabrak tembok beberapa kali, belum lagi pusing karena semalam dirinya beserta teman bobroknya minum alkohol dibar hingga pagi menjelang.

Butuh waktu 15 menit bagi Sean untuk bersiap, dirinya juga meminum pereda mabuk dan menyemprotkan parfum agar bau alkohol tidak kentara.

Dengan berjalan cepat, lelaki itu akhirnya tiba diruang tamu. Di sana ada kedua orangtuanya dan satu gadis yang tidak ia kenal.

"Maaf Sean telat," ujarnya pelan, ia bisa melihat sang mama memutar bola matanya dengan malas dan langsung tersenyum saat melihat gadis disampingnya.

"Sini, kenalan dulu dong. Namanya Bilqis, mulai hari ini bakalan tinggal dirumah kita, kedua orangtuanya udah meninggal, mamanya Bilqis tuh temen SMA mama," dengan semangat Leliana mengoceh panjang lebar pada Sean.

Lelaki bertato itu mengernyitkan dahinya saat melihat Bilqis hanya menundukkan pandangannya.

"Oh oke, semoga betah tinggal di sini."

Belum sempat Sean pergi, papanya meminta ia untuk duduk dan mendengarkan lebih lanjut apa yang akan dibicarakan mamanya.

"Sean, kamu tau kan mama sama papa sibuknya kayak apa. Mana bulan depan mama papa harus pergi ke luar negeri buat urus perusahaan yang lagi collaps. Jadi kayaknya kita gak pulang sekitar 6 bulanan bahkan bisa lebih buat urusin itu."

"Oke, terus? Kalian kan udah biasa ninggalin Sean sendiri di sini, jadi masalahnya apa? Buat jagain Bilqis? Oke, Sean bakal jagain dia. Mama tenang aja."

"Syukur deh kalau kamu mau, yaudah jadi kita urus tanggalnya aja ya. Biar mama papa yang urus semua persiapan pernikahannya."

"HAH!! Apaan sih ma, kok ngomongnya gitu. Sean bisa jagain Bilqis tanpa harus ada ikatan."

Tak disangka Leliana malah melotot kearahnya, ia berdiri dan berkacak pinggang dihadapan Sean.

"Nggak boleh, kalian harus menikah apalagi kalian bukan mahram. Mama tau ya kelakuan kamu di belakang mama, keluar masuk bar, diskotik, minum-minum. Lebih baik menikah dibanding kalian nanti melakukan zina."

"Ya makanya kasih aku apartemen dong biar dia yang tinggal di sini, aku yang pindah."

Dengan gemas Adnan—sang ayah menggeplak punggungnya dan berujar. "Kalau tinggal masing-masing gimana jagainnya?"

Sean terdiam namun kekesalan nampak jelas diwajahnya, ia takut, takut kebebasannya terenggut karena gadis yang kini masih menundukkan pandangannya.

"Nggak, pokoknya Sean gak mau."

"Oke, kalau gak mau kamu jadi gelandangan aja. Semua barang kamu, motor, mobil, kartu atm semuanya di blokir. Kerja, biar tau rasanya gimana."

"Ma, please aku gak mau. Lagian gak kenal juga, tuh liat dia nundukin mukanya mulu pasti dia juga gak setuju sama pernikahan ini."

"Benar sayang, kamu gak setuju?"

Bilqis melihat ke arah ketiga orang itu, ia bisa melihat Sean yang berbicara tanpa suara. B-I-L-A-N-G G-A-K M-A-U.

Namun kalimat yang keluar dari mulut gadis berkerudung itu membuat Sean kesal setengah mampus.

"Aku mau menikah dengan Sean."

Halooow

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Halooow

Kalian ngeh ada nama Ryo? Iya bener, ini Ryo di lapak The Players hehe

Kalau kalian baca The Playersnya Ryo, sebenernya cerita dia tuh spin-off dari cerita ini hehe 🙈

Jadi emng cerita ini dulu, baru deh cerita Ryo yang The Players

Her Badboy Husband ini sebenernya udah aku publish lama diplatform lain, tapi aku coba buat publish disini jg 😅

Jadi disini Ryo tuh masih awal2 kuliah, kalau di The Players kan Ryo lagi nulis skripsi dan udah mau lulus kuliah

Mau dibaca boleh, engga jg gpp ❤️

See you next bab bye byeeeee 😚❤️👋🏻

Her Badboy Husband [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang