Bilqis mengerjapkan matanya pelan, ia melihat sekitar dan mengernyitkan dahinya saat menatap ruangan yang sangat familiar—kamar dirinya dulu saat masih berada di kampung.
Wanita itu beranjak dari tidurnya dan membuka pintu kamar, aroma masakan langsung tercium oleh indera penciumannya membuat Bilqis penasaran dan berjalan pelan menuju dapur.
Bilqis melihat punggung yang sangat ia rindukan, matanya berkaca-kaca saat melihat sang ibu tengah berkutat dengan peralatan memasak.
"Ibu?"
"Nak? Sudah bangun?"
Bilqis langsung berhambur ke pelukan Maryam, ia menangis tersedu karena begitu merindukan kehadiran sang ibu.
"Ada apa, nak? Tunggu sebentar ya, ibu mau siapin ini dulu."
Bilqis mengangguk pelan, air matanya masih mengalir saat melihat senyuman dan merasakan usapan lembut sang ibu di puncak kepalanya. "Kamu sampe nangis gini, ada apa?"
Bilqis menggeleng pelan, ia hanya merindukan kasih sayang dan kehadiran kedua orangtuanya.
Rasanya ... seperti sudah lama ia menantikan hal ini.
Wanita itu menatap sekitar saat tidak melihat siapapun selain sang ibu. "Bu? Bapak mana?"
Maryam yang masih menata masakannya tersenyum kecil. "Bapak sebentar lagi pulang, beliau masih dagang di pasar. Kenapa? Kamu sudah merindukan bapakmu itu ya," tanya Maryam jail diiringi dengan senyuman khas miliknya.
Bilqis ikut tersenyum, wanita itu langsung mengambil alih piring yang sedang dipegang Maryam. "Bu, biar aku bantu."
Maryam hanya mengangguk dan membiarkan Bilqis membantunya, kedua ibu dan anak itu dengan cekatan menyiapkan masakan yang sudah disiapkan Maryam, hingga tidak butuh waktu lama semua hidangan sudah tertata dengan rapi di meja makan.
"Alhamdulillah sudah selesai, kita tunggu bapak ya?"
Bilqis mengangguk, ia mengikuti sang ibu yang berjalan menuju ruang televisi.
Cklek!
"Assalamu'alaikum."
Maryam dan Bilqis yang hendak duduk sambil menonton itu akhirnya menyambut sang kepala keluarga dan mengecup punggung tangannya pelan.
"Waalaikumsalam, mas, mau langsung makan?"
Bashir menatap istri dan anak perempuannya itu dengan lembut. "Aku cuci muka dulu ya."
Bilqis menatap kedua orangtuanya dengan mata berembun, wanita itu memegang dadanya yang berdenyut nyeri. Saat melihat interaksi orangtuanya, ia seperti melupakan sesuatu tetapi dirinya pun tidak tau melupakan apa.
"Bil? Jangan banyak melamun, gak baik. Ayo makan dulu."
Bilqis kembali menatap Maryam dan Bashir yang ternyata sudah menunggunya di meja makan, wanita itu pun berjalan pelan menuju kedua orangtuanya dan ikut makan bersama di sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Her Badboy Husband [END]
Romance[BEWARE! HARSHWORDS DAN ADEGAN YANG TIDAK PATUT UNTUK DITIRU! MOHON BIJAKSANA SAAT MEMBACA] Bilqis mengira dirinya akan menjadi pembantu saat dibawa ke kota, ekspektasi tak sesuai realita ternyata dirinya akan menikah dengan anak berandalan. "Sean...