Pagi pun menjelang, semua peserta sudah melakukan olahraga pagi dan memungut sampah di sekitar perkemahan. Bilqis mengusap peluhnya pelan melihat matahari yang cukup terik.
Kini kegiatan mereka adalah ishoma, setelah itu dilanjutkan dengan materi dan games.
Bilqis seperti biasa melipir ke arah tempat yang lebih sepi, tetapi kali ini ia tidak sendiri. Ada teman bule yang menemaninya makan.
Selain Ajeng, Bilqis memang tidak mempunyai teman lain karena ia tidak mengikuti kegiatan ospek atau pengenalan awal kampus.
Saat hari pertama berkemah, ternyata teman se-grupnya sudah kenal satu sama lain, membuat Bilqis merasa tersisihkan karena tidak tau apa yang tengah mereka bicarakan.
Untungnya ada Pamela, teman bule yang terlihat begitu nyentrik dengan wajah blasterannya.
Bilqis dan Pamela pun saling merangkul satu sama lain, karena merasa tersisihkan saat ada kegiatan bebas seperti ini.
Gadis itu kembali menatap makanan yang dibuat panitia, ia sudah mencobanya, tapi rasa lauknya begitu asin. 'Duh, gimana nih, kalau dipaksain malah pengen muntah.'
Tiba-tiba saja seorang lelaki melipir dan duduk di samping Bilqis, ia menaruh sebungkus nasi uduk di pangkuannya, makanan yang dibuat panitia ia ambil dan memakan makanannya agar Bilqis terhindar dari hukuman.
"Sean ..." bisik Bilqis dengan lirih. "Itu kan, asin banget," lanjutnya masih menatap sang suami yang menghabiskan makanan miliknya dengan terburu-buru.
Tak butuh waktu lama, suaminya itu mengembalikan piring plastik yang sudah kosong. Sean mengelus pipi Bilqis pelan dan beranjak pergi dari sana—meninggalkan Bilqis yang terus menatap punggung Sean dengan dalam.
"He's your boyfriend?"
Bilqis terlonjak kaget, ia lupa kini dirinya tidak sendirian.
Gadis itu menatap Pamela, lalu menunduk dan tersenyum kecil. "Bukan, Mel. Dia suamiku."
Pamela melotot kaget dan berbisik di telinga Bilqis, "are you serious? Kamu menikah muda ya? That so cute."
Bilqis mengangguk, senyuman yang terbit dari bibirnya menjadi semakin cerah. "Iya, baik 'kan, suami aku? Sampe ngasih nasi bungkus ini, hehe."
"Ya, he's such a sweet husband."
"Makanan buatan panitia asin banget, kamu habisin?"
Pamela menggeleng dan terkekeh geli. "Nope, i throw them away."
Bilqis ikut terkekeh mendengar jawaban Pamela, ia membuka bungkusan nasi uduk dan menyodorkannya pada gadis bule itu.
"Sini, makan bareng aku. Nanti kamu kecapekan di kegiatan selanjutnya."
Pamela memeluk Bilqis dan mengangguk mengerti. "You're the best! Thanks, Bilqis."
Keduanya pun menikmati bungkusan nasi uduk yang diberikan Sean, sesekali Pamela menatap sekitar—memperhatikan panitia yang sibuk sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Her Badboy Husband [END]
Romance[BEWARE! HARSHWORDS DAN ADEGAN YANG TIDAK PATUT UNTUK DITIRU! MOHON BIJAKSANA SAAT MEMBACA] Bilqis mengira dirinya akan menjadi pembantu saat dibawa ke kota, ekspektasi tak sesuai realita ternyata dirinya akan menikah dengan anak berandalan. "Sean...