Trigger warning!
Adegan kekerasan!
Gadis berkaki jenjang itu membuka pintu rumah, menatap keheningan di dalam rumah yang besar nan gelap itu.
Langkahnya menuju dapur terasa berat dan gontai, ia menyugar rambutnya kesal saat mengingat Bilqis yang dengan berani memperingatinya. Memang Bilqis siapa berani menasehatinya seperti itu? Dasar jalang sialan!
Sherina terlonjak kaget saat menatap sang mami yang tengah menyiapkan sesuatu dalam keadaan gelap gulita, gadis itu memutuskan kembali ke ruang televisi dan menekan saklar lampu untuk area dapur.
"Mami ..." sapanya saat kembali berjalan ke arah dapur.
"Ya? Kamu mau salad?"
Sherina hanya mengangguk seraya mengambil gelas dan air putih lalu menenggaknya hingga tak bersisa.
"Gimana kamu sama Sean?"
Kalimat yang meluncur dari sang mami membuat Sherina meremat gelas yang dipegangnya dengan erat. "B-Baik-baik aja, mi."
"Sean jadi jarang ke rumah."
"Iya, dia sibuk sama tugas kuliah sekarang," jawab Sherina dengan cepat, ia hendak beranjak dari sana—mengakhiri percakapan yang selalu membuat sang mami mengamuk, tetapi suara Thania kembali membuatnya terdiam tak berkutik.
"Sean udah gak pernah transfer apa-apa lagi ke rekening kamu."
"Mami ..." Sherina menaruh gelasnya di wastafel, menatap sang mami yang masih menyiapkan salad. "Mam, gaji model aku udah lumayan, 'kan, sekarang?"
Tak!
Thania membanting mangkuk saladnya dengan keras hingga terlihat sedikit retak di bagian atas mangkuk, wanita paruh baya itu menghampiri Sherina dan tanpa aba-aba menarik rambut anaknya sekencang mungkin, lalu ia menyeret Sherina menuju kamar lantai atas.
Sherina yang tidak siap hanya bisa pasrah dan menahan rasa sakit itu, rambutnya terasa rontok karena tarikan sang mami yang begitu kencang.
"Mami! Sakit!"
Sang mami mendadak tuli, ia tidak mempedulikan raungan kesakitan Sherina yang terdengar memilukan.
Wanita paruh baya itu membuka pelan pintu berwarna gading di hadapannya, Sherina terus dipaksa melihat keadaan sang kakak yang cacat karena ulahnya. "Liat kakak kamu! Uang-uang itu belum bisa nebus semuanya!" maki Thania geram hingga ia membenturkan kepala Sherina ke tembok.
Darah mengucur pelan dari atas kepala menuju dahinya, tetapi Sherina hanya bisa terdiam dengan perasaan bersalah yang terus bersemayam di benaknya. Ia merasa layak diperlakukan seperti ini, meskipun rasanya begitu menyakitkan.
"Kamu anak sial yang harusnya gak aku lahirkan! Muka kamu yang mirip si brngsk itu buat aku muak, tau gak?! Tiap hari liat muka menjijikan ini, argh! Sebagai penebus dosa, kamu harus terus jadi pelacur buat anak-anak orang kaya itu!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Her Badboy Husband [END]
Romance[BEWARE! HARSHWORDS DAN ADEGAN YANG TIDAK PATUT UNTUK DITIRU! MOHON BIJAKSANA SAAT MEMBACA] Bilqis mengira dirinya akan menjadi pembantu saat dibawa ke kota, ekspektasi tak sesuai realita ternyata dirinya akan menikah dengan anak berandalan. "Sean...