"Bil, nanti kalau ada apa-apa. Kamu bisa chat atau telepon mama, oke? Nanti mama bisa lari ke sini."
Bilqis terkekeh geli mendengarnya. "Meskipun deket, tapi masa lari sih, ma. Nanti mama kecapekan."
"Gak apa-apa, mama seneng banget ada kamu, Bil."
Bilqis mengangguk dan tersenyum kecil, kini mereka sudah pindah dari rumah lama. Mertuanya pun ikut pindah dan membeli rumah di sekitar situ, karena mereka semua ingin melupakan momen-momen buruk tentang Ani.
Terdengar kejam, tetapi Leliana tidak ingin Ani mengganggu ketentraman rumah tangga Bilqis maupun rumah tangga dirinya.
"Ditaruh sebelah sana aja, Pak," ucap Sean saat ada pekerja yang mengangkut barang dari truk.
Kini Papa Adnan dan Sean tengah memperhatikan para pekerja yang sedang mengangkut barang. Sesekali keduanya pun ikut membantu para pekerja itu, saat melihat barang yang cukup besar dan lumayan berat.
"Sini, kamu duduk di sini aja. Jangan kelamaan berdiri," ucap mama Leliana seraya menarik pelan tangan Bilqis untuk segera duduk.
Sean memperhatikan hal itu, ia tersenyum kecil saat melihat Bilqis yang tertawa dengan lepas, lelaki itu pun ikut menghampiri sang istri yang tengah mengobrol bersama mama Leliana.
"Hai."
"Se? Kenapa? Ada masalah ya?"
Sang mama dan istrinya itu menatap Sean dengan penasaran, sedangkan Sean hanya terkekeh geli melihat kekompakkan keduanya. "Enggak, aku cuma pengen deket istri aku ini emangnya gak boleh?"
Leliana memutar bola matanya malas mendengar sang anak yang terlampau bucin itu. "Iya, iya. Mama ke sana, deh. Kalian puas-puasin berduanya."
Sean terkekeh geli saat menatap punggung sang mama yang perlahan menjauh.
Lelaki itu kembali menatap Bilqis dengan senyuman kecil. "Gimana baby ciloks kesayangan kita?" tanya Sean seraya berjongkok dan mengusap pelan perut Bilqis yang sudah terlihat membuncit.
"Ih! Kamu tuh, mentang-mentang aku suka cimol sama cilok. Malah manggil baby cilok mana pake 's'."
"Kan kembar, jadi harus pake 's'," jawab Sean tak kalah absurd. Keduanya pun berakhir tertawa geli karena percakapan-percakapan aneh ini.
"Gimana? Udah kerasa kalau mereka nendang atau gerak?"
"Belum, kata dokter 'kan nanti minggu ke-16 atau minggu ke-25 baru kerasa."
Sean mengangguk, lelaki itu mengusap pipi Bilqis yang terlihat semakin bersinar saat hamil. "Kamu gak kecapekan, 'kan? Ada pengen sesuatu lagi?"
Bilqis hanya tertawa mendengar itu semua. "Bukannya malah kamu yang selalu pengen aku buatin sesuatu ya?"
Sean hanya meringis dan mengecupi punggung tangan Bilqis bertubi-tubi, merasa bersalah karena terus menginginkan masakan Bilqis saat wanita itu sebenarnya harus lebih banyak istirahat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Her Badboy Husband [END]
Romance[BEWARE! HARSHWORDS DAN ADEGAN YANG TIDAK PATUT UNTUK DITIRU! MOHON BIJAKSANA SAAT MEMBACA] Bilqis mengira dirinya akan menjadi pembantu saat dibawa ke kota, ekspektasi tak sesuai realita ternyata dirinya akan menikah dengan anak berandalan. "Sean...