⚠ DISCLAIMER ⚠
- Terdapat adegan kekerasan
- Memicu pengalaman traumatis//Mention of suicide
- Fiksi, tidak ada sangkut pautnya penggambaran karakter tokoh dengan visualisasi
- Foto, cr; pinterestHAPPY READING, GUYS~
.
.
.
PRAAAANG ...
BRAAAAKK ...
"HENTIKAN MASSS!"
PRAAAANG ...
PRAAAAANGG ....
"MAS?!"
Pria berbadan besar itu menoleh cepat, lalu tersenyum mengerikan. Tampangnya jauh dari kata baik. Bau alkohol dan sisa-sisa asap rokok menguar dari tubuhnya. Wanita yang kini ditatapnya dengan tajam reflek termundur ketakutan.
Kendati langkah pria itu sempoyongan, namun mata merah dan rahang tegasnya benar-benar mampu mengubah atmosfer rumah minimalis mereka segelap langit malam saat ini. Wajah pria itu menggelap dengan aura bringas mengerikan. Suasana kian mencekam membuat wanita itu kini merapatkan mulut, tak mampu lagi berteriak, seakan terbungkam oleh tatap tajam penuh amarah sang suami.
"ISTRI TIDAK BERGUNA!"
"AAAAAAKH M-MAS?!"
Suaminya tak segan-segan menarik rambut sang istri dengan kasar. Kobaran api seakan menyala melalui sorot tajam tatapnya, "besok aku akan ke sini lagi. Siapkan uangnya atau akan ku ceraikan kamu!" Ancam pria itu membuat sang istri kontan menggeleng kasar.
"Jangan, jangan ceraikan aku. aku sangat mencintaimu, mas." Katanya, masih bisa memohon untuk tak diceraikan walau diperlakukan layaknya hewan oleh sang suami.
Pria itu terkekeh licik, "tapi aku sudah menemukan wanita yang lebih seksi dan kaya darimu. Bagaimana ini?"
Kedua tangan wanita itu ribut menangkup, kian memohon, air matanya berjatuhan begitu deras mendengar kesaksian sang suami. "Aku mohon, beri sedikit lagi waktu. Aku akan kembali memulihkan kondisi perusahaan, dan kita tak akan lagi hidup susah seperti ini. Ya? Jangan ceraikan aku, hm?" Bujuknya dengan cepat.
Namun tak berselang lama seorang wanita dengan lipstik merah merona masuk dengan langkah cepat yang dihentak-hentakan.
"SAYANG!"
Kedua atensi suami istri yang sedang bertengkar tadi kompak beralih. Pria itu segera melepaskan tangannya yang menjambak rambut sang istri. Menguasai ekspresi dengan cepat, jadi tersenyum teduh ke arah wanita yang tiba-tiba menginterupsi pertengkarannya dengan sang istri.
"Sudah ku bilang, tunggulah di dalam mobil. Kenapa kau ke sini?" Tanyanya lembut sekali, mengabaikan tatapan terluka sang istri.
"Kau lama sekali, sebentar lagi hujan. Aku kedinginan, butuh pelukanmu," keluhnya manja.
Pria itu tertawa gemas, "biklah, ayo pulang dan tidur bersama. Aku akan memelukmu sampai kau kepanasan." Katanya dengan menggoda, lantas berlalu begitu saja meninggalkan sang Istri yang berlinang air mata.
"Aku, sudah tidak tahan lagi," ucapnya dengan sorot mata kosong. Namun sesaat setelahnya ia malah tertawa keras, terbahak-bahak sembari memukuli dadanya yang terasa ngilu juga sesak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jeha dan Luka
Teen Fiction{Brothership, Family, Angst, Sad} Sejak awal, hidup Jeha jauh dari kata baik-baik saja. Terjerat dalam keserakahan para orang dewasa yang buta akan cinta. Terkukung dalam lingkar dunia malam yang tak berkesudahan. Ia telah kehilangan banyak hal. Jat...