⚠ DISCLAIMER ⚠
- Fiksi, tidak ada sangkut pautnya penggambaran karakter tokoh dengan visualisasi
- Terdapat kata-kata kasar
- Foto cr; Pinterest.HAPPY READING, GUYS~
⭐⭐⭐
.
.
.
Tiga hari berlalu, Jeha hanya berdiam diri di kamar. Darion dan Juna sangat membatasi ruang geraknya. Bahkan sekedar berada di halaman belakang mansion saja, Jeha sudah di marahi. Mana Darion secara sepihak mengganti sistem sekolahnya menjadi homeschooling lagi!Dan sampai lah pada hari ini, di mana stok kesabaran anak itu sudah habis. Kepalang bosan, Jeha merengek minta diperbolehkan bekerja. Katanya hidupnya berubah begitu mendadak, Jeha rasa-rasanya belum siap. Jiwa-jiwa berdagangnya masih menempel kuat. Jangan lupakan dia ini kan mantan pemilik Neon Nights sekaligus bartender di sana. Dia ini mahir sekali menarik pelanggan, jadi Jeha rindu berkomunikasi dengan para pelanggannya dahulu.
"Apa yang kamu rindukan dari orang-orang yang hilang akal seperti itu?" Tanya Darion, mengusap wajah frustasi membayangkan para pemabuk mengobrol bersama putranya.
Jeha menggeliat tak nyaman ketika Darion memasangkan selimut ke pundaknya. Anak itu sedang belajar sekarang. Ada tugas bahasa inggris dari guru privatnya hari ini.
Meletakkan pena, Jeha menghadap penuh pada Darion yang duduk di tepi ranjangnya. "Buka warung makan deh kalo gitu. Ayah yang modalin, ntar Jeha yang urus. Kerja sama kita, gimana?" Tawarnya menaik turunkan alis.
Darion terkekeh singkat memerhatikan raut wajah putranya yang sok itu. Mana gayanya udah kayak orang dewasa beneran. Bergaya banget segala mau buka warung makan. Siapa coba yang bakalan beli? Mansion Darion kan terletak di sudut kota. Jauh dari jangkauan tetangga karena halaman mansion yang sangat luas.
"Sekali tidak, tetap tidak. Ayah ke sini untuk memintamu tidur. Bukan untuk berdebat denganmu, Son."
"Ish, ayolah ayah. Jeha punya ide cemerlang nih!"
Meraup dagu berlagak tertarik, Darion pun bertanya. "Memangnya apa idemu?"
Jeha langsung sumringah. "Warung makan ayam lepas!"
"Apa itu? Sebangsa ayam geprek?" Darion mendadak jadi penasaran beneran. Menyebutkan menu Ayam yang kemarin sempat membuat Darion uring-uringan karena Jeha menipunya dengan memaksa dibelikan makanan pedas dan tak sehat itu. Darion yang tidak tahu menahu tentang adanya menu Ayam itupun menuruti Jeha karena Jeha bilang, Ayam Geprek adalah Ayah krispi yang dipenyet dan dibaluri bumbu. Gitu doang. Darion tidak expect bahwa bumbu yang dimaksud adalah sambal yang kelewat pedas.
Jeha menggeleng. "Bukan lah! Gak akan ada menu yang ayam-ayaman kayak gituan nanti."
"Tadi katanya warung makan ayam?"
"Warung makan ayam lepas, Ayah. Artinya ayamnya udah lepas semua. Jadi gak ada tuh menu ayamnya. Adanya menu bebek."
Darion tertawa sembari mengacak surai sang putra. "Nipu itu namanya."
"Mana ada nipu? Dari nama warungnya aja udah warung makan ayam lepas."
Darion geleng-geleng kepala. Otak putranya terlalu random baginya. "Ada-ada saja. Pengajuan kerja sama kamu Ayah tolak."
Anak itu kontan melengkungkan bibir ke bawah. Memutar tubuh kembali menghadap meja belajarnya dengan sendu. "Padahal Jeha kan niatnya cuma mau bantu Ayah doang."
KAMU SEDANG MEMBACA
Jeha dan Luka
Teen Fiction{Brothership, Family, Angst, Sad} Sejak awal, hidup Jeha jauh dari kata baik-baik saja. Terjerat dalam keserakahan para orang dewasa yang buta akan cinta. Terkukung dalam lingkar dunia malam yang tak berkesudahan. Ia telah kehilangan banyak hal. Jat...